Solo, Gatra.com – Ekonom Rizal Ramli menyatakan punya cara menutup defisit BPJS Kesehatan tanpa harus membebani masyarakat dengan menaikkan iuran. Sejak awal, kata dia, pengelolaan BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan mestinya digabung.
Hal ini disampaikan Rizal usai mengisi acara 'Seminar Nasional Ekonomi' di IAIN Surakarta, Kamis (7/11). Dia menjelaskan, awalnya konsep BPJS dibuat dalam satu perusahaan, yakni untuk kesehatan dan ketenagakerjaan. Menurutnya, jika menjadi satu, layanan kesehatan dan ketenagakerjaan akan saling mendukung.
”Terlihat BPJS Ketenagakerjaan surplusnya banyak, mencapai puluhan triliun. Ngapain jadi dua,” ucap mantan Menteri Perekonomian di era Presiden Abdurrahman Wahid dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di periode pertama Presiden Joko Widodo ini.
Ia yakin penggabungan keduanya mampu meningkatkan kesejahteraan pekerja dan rakyat yang memerlukan layanan kesehatan. Alhasil, BPJS Kesehatan tidak perlu membebani rakyat dengan cara menaikkan premi.
”Lagi pula masih ada cara lain yang lebih canggih dibandingkan dengan menaikkan premi. Menaikkan premi ini kan hanya untuk yang malas mikir saja,” ucapnya.
Menurut dia, ada beberapa cara memperbaiki keuangan BPJS Kesehatan tanpa merugikan masyarakat. Salah satu cara itu adalah dengan mengurangi beban bunga. Saat ini bunga bank mencapai 8,3 persen dan jika dikurangi 1,5 persen, pertumbuhan ekonomi akan lebih cepat.
Menurut hitungan Rizal, dengan menurunkan bunga, pemerintah mendapat Rp29 triliun yang bisa digunakan untuk menutup utang BPJS Kesehatan. ”Tapi kan pemerintah enggak punya nyali dan enggak punya kemampuan untuk menurunkan bunga surat utang,” ucapnya.