Jakarta, Gatra.com - Menteri Agama Fachrul Razi beserta jajarannya mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VIII DPR. Selain membahas rencana dan evaluasi program Kementerian Agama, rapat juga membahas isu yang santer jadi polemik, yakni pelarangan penggunaan cadar dan celana cingkrang di lingkungan kerja Aparat Sipil Negara (ASN).
Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily, menyayangkan pernyataan Fachrul di sejumlah media Cadar dan celana Cingkrang, sebab ASN sendiri sudah memiliki aturan sendiri di tiap institusi.
Ace juga menilai kesimpulan Fachrul bahwa penggunaan cingkrang dan cadar itu merefleksikan sikap radikalisme, adalah anggapan yang tidak benar. Ace meminta Fahrul menarasikan pandangan positif soal agama daripada membuat pernyataan yang blunder di publik.
"Yang harus dikedepankan oleh pak Menag adalah justru pandangan positif terkait dengan, misalnya, soal moderasi beragama itu, yang lebih penting dikedepankan daripada meng-quote hal-hal yang sebenarnya tidak perlu menjadi kajian yang mendalam, misalnya terkait dengan penggunaan cadar tersebut," kata Ace sebelum RDP di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (7/11).
Ace berharap pernyataan Fachrul tidak membuat masyarakat mempersepsikan pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dinilai anti-Islam. Ia tak ingin pernyataan itu menjadi kegaduhan baru yang sebenarnya tak perlu diributkan.
Senada dengan Ace, Ketua Komisi VIII, Fraksi PAN, Yandri Susanto menilai pernyataan Fachrul terlalu dini dan terkesan menyepelekan masalah, dari pakaian yang disangkutpautkan dengan perilaku radikal.
"Perdebatan sudah cukup panjang Pak, intinya kami melihat memang perilaku orang apalagi masyarakat kita itu, Pak Menteri harus hati-hati. Karena menghakimi orang terlalu dini pun juga menjadi soal serius," kata Yandri dalam pembukaan RDP kepada Fachrul.
Yandri khawatir orang-orang yang memiliki ciri-ciri yang disebutkan Fachrul tersinggung karena merasa terstigma. Ia menegaskan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) juga sudah pernah menyampaikan bahwa radikalisme tak ada hubungannya dengan cara berpakaian.
"Kalau kita liat bom Thamrin itu, (pelaku) pakai blue jeans, pak. Di New Zealand yang nembaki masjid itu pakaian milenial. Kelompok bersenjata di Papua itu bukan celana cingkrang yang membunuh tentara dan sipil. Menyimpulkan celana dan cingkrang adalah radikal perlu kita kaji lebih jauh," katanya.