Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Pusat Statistik atau BPS, Suhariyanto, mengatakan, bahwa dalam menghitung pertumbuhan ekonomi lembaganya selalu mengacu pada manual perhitungan dari Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam menghitung, BPS juga diawasi oleh forum masyarakat statistik.
"Forum masyarakat statistik, anggota 23, Ketua-nya Bustanil Arifin. Ini ada juga lintas Kementerian," kata Suhariyanto pada saat memberikan pengantar pada Workshop Peningkatan Wawasan Statistik Kepada Media di Jakarta, Kamis (7/11).
Selain itu, kata Suhariyanto, IMF juga rutin mengunjungi BPS, untuk melihat angka PDB yang dirilis oleh BPS. Tak hanya itu, menurutnya, BPS juga mengacu pada panduan dari Komisi statistik PBB. Di samping itu, BPS juga mengacu Genetic Statistic Bussiness Procces Model (GSBPB). "Sebelum merilis, BPS harus mengacu kepada ini (GSBPB). Sehingga relevansi data juga harus akurat," ungkapnya.
Sebelumnya lembaga riset asal Amerika Serikat Capital Economics menuding pertumbuhan PDB Indonesia secara mencurigakan tumbuh stabil pada kisaran 5 persen selama lima tahun terakhir. Karenanya, tidak mengejutkan kalau Indonesia kembali tumbuh di kisaran yang sama sepanjang triwulan III tahun ini.
"Menurut tim pemantau perekonomian kami, seharusnya ekonomi Indonesia tumbuh dalam laju yang lebih lambat," seperti dikutip dalam pernyataan Capital Economics melalui laman resminya.
Data pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun 2019 menunjukan 5,02 persen. "Kalau, kita lihat pergerakannya, 2015 di bawah 5 persen. Sekarang ini kumulatif, angkanya 5,06 persen," sambung rilis tersebut. Komponen-komponen disebut sangat fluktuatif, konsumsi Pemerintah drop dari 6,7 menjadi 0,29 persen. Impor dan ekspor juga drop. Investasi juga turun dari angka 6 persen ke angka 4,25 persen. Tapi, konsumsi masyarakat tergolong flat. Walau penumpang pesawat turun, tapi kereta api naik pesat penumpangnya.