Home Gaya Hidup Review Doctor Sleep: Kalah Seram dari Prekuel The Shining

Review Doctor Sleep: Kalah Seram dari Prekuel The Shining

Jakarta, Gatra.com – Meski Danny cilik dan ibunya sukses kabur dari amukan ayunan kapak sang ayah di The Shining (1980), ternyata perjuangan belum usai. Para makhluk pemakan cahaya dari Hotel Overlook terus memburu Danny. Bahkan setelah keduanya pindah ke Florida yang bermandikan cahaya dan jauh sama sekali dari suramnya salju. Belakangan, tak hanya berhasil menaklukkan seluruh ‘monster’ tersebut, Danny dewasa harus membantu seorang anak untuk melawan kekuatan jahat sejenis dalam Doctor Sleep.

Danny Torrance (Ewan McGregor) kini hidup sebatang kara. Seperti diketahui, ayahnya Jack Torrance (Jack Nicholson) tertinggal membeku di halaman The Overlook yang berada di puncak gunung bersalju di Colorado. Ibunya, Wendy (Alex Essoe) pun sudah meninggal saat ia masih remaja. Ironisnya, Danny dewasa malah terjerat masalah alkohol seperti sang ayah.

Berusaha lari dari rasa terisolasinya, Danny memutuskan pindah tempat tinggal ke sebuah kota kecil berama Frazier. Pertemanannya dengan Billy Freeman (Cliff Curtis) mengubah hidupnya lebih baik. Kini dia tak hanya berhenti minum-minum, tapi juga punya tempat tinggal nyaman, dan pekerjaan tetap sebagai juru rawat lansia. Oleh para orang sepuh itu, Danny dijuluki Docter Sleep, karena ia bisa mengetahui dengan tepat siapa yang akan tertidur (sleep) selamanya alias meninggal dunia.

Baca Juga: Bukan Pocong atau Kuntilanak, Dion-Adinia Lawan Teror Lampor

Suatu hari dia mendadak mendapat pesan tertulis di dinding kamarnya. Tak disangka ada bocah lain yang punya kemampuan ‘bersinar’ seperti dirinya. Abra Stone (Kyliegh Curran) bahkan memiliki kapasitas lebih dari Danny. Dia bisa membaca isi hati juga masuk ke dalam pikiran orang lain dan memberi perintah yang dia mau.

Jika Danny dulu diburu oleh hotel dan para penghuninya, Abra diincar oleh sekelompok orang yang hendak mengonsumsi jiwanya agar mereka bisa panjang umur dan tetap kuat. Kelompok cult itu dipimpin oleh Rose (Rebecca Ferguson) bersama sejumlah individu dengan beragam kemampuan yang sama-sama lapar akan jiwa bocah-bocah berkemampuan khusus. Keduanya lantas bahu-membahu melawan geng tersebut. Belakangan, Danny malah harus membawa Abra kembali ke Hotel Overlook dengan harapan bisa mengalahkan Rose.

Bagi para penggemar The Shining, Doctor Sleep niscaya terasa lambat di awal. Wajar, sebab film ini harus menjelaskan bagaimana kelanjutan hidup Danny. Lalu siapa itu Abra dan apa yang dia bisa lakukan. Serta seperti apa sepak terjang kelompok Rose. Bandingkan dengan jumlah karakter di The Shining yang hanya terdiri dari Ayah, Ibu, dan seorang anak.

Baca Juga: Desa Penari di Gunungkidul dan Misteri Para Penari Mudanya

Namun, begitu tokoh Danny dan Abra sudah terkoneksi, film berjalan dengan cepat. Terlebih ketika mereka kembali ke Hotel Overlook dan hantu-hantu peneror Danny kembali hidup. Mesin tik masih di sana, kamar 237 dan bathub masih ada, ballroom lengkap dengan bartender yang mengaku bernama Lloyd, belum lagi arus deras darah yang mengalir dari balik pintu; semua sukses menghidupkan kembali horor yang disajikan Stanley Kubrick dalam The Shining.

Pemeran Rebecca Ferguson berpose di pemutaran perdana untuk film "Doctor Sleep" di Los Angeles, California, AS, 29 Oktober 2019. (REUTERS/Mario Anzuoni/ar)

Level keseraman Doctor Sleep jauh di bawah The Shining. Selain faktor drama yang agak panjang di awal, alasan lainnya adalah monster pemburu mereka merupakan manusia cantik dan ganteng. Mengingat ini merupakan adaptasi dari novel Stephen King, maka premisnya serupa dengan It, yaitu ada makhluk pengincar bocah. Jika tadi tak ada scene Overlook, niscaya Doctor Sleep akan kehilangan greget kengeriannya.

Dengan demikian, walau dari segi cerita bisa dipahami, tapi sangat disarankan menonton terlebih dulu The Shining untuk bisa meresapi seperti apa ketakutan yang akan dihadapi Danny saat nekat membawa Abra ke Overlook. Bukan rahasia lagi, Stephen King sesungguhnya tak suka cara Kubrick mengadaptasi The Shining. Tapi untung saja, dia tak menolak ide untuk menghidupkan adegan The Shining ala Kubrick, karena itu sudah lebih dikenal penonton daripada versi novelnya.

Baca Juga: Lorong, Film Horor Beda yang Akan Aduk Psikologi Penonton

Kejutan menarik di film ini adalah sosok Rebecca Ferguson. Seperti diketahui, artis kelahiran Swedia ini tak pernah main di film horor. Mulai dari penyanyi ternama di The Greatest Showman (2017), rekan Tom Cruise di sejumlah film Mission Impossible, juga ratu di serial BBC, White Queen, sudah dia jalani. Tapi dia bertekad terlibat di film ini karena dia adalah penggemar novel-novel King, meski dia mengaku bukan penggemar genre horor.

Film berdurasi 152 menit ini sudah dirilis oleh Studio Warner Bros Pictures sejak 30 Oktober lalu. Namun dijadwalkan tayang di bioskop pada 8 November mendatang. Film ini diprediksi akan meraup US$20-30 juta pada pekan pertama penayangannya dari bioskop di AS dan Kanada saja.

 

 

 

 

1513