Jakarta, Gatra.com - Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dengan tema “Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan” pada 5 November 2019 di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta. Rapat akan merumuskan rekomendasi kepada pemerintah seputar upaya peningkatan produktivitas dan daya saing pertanian juga industri pangan, serta mengkoordinasikan program kerja dunia usaha dan pemerintah ke depan.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan Franky O. Widjaja mengatakan bahwa sektor agribisnis menyumbang satu persen dari total pertumbuhan PDB Indonesia saat ini sebesar 5,05 persen pada triwulan II 2019. "Pada pengolahan untuk di bidang agribisnis kalau kita optimumkan ini sangat-sangat potensi untuk produksi 1-1,5 persen GDP kita," katanya dalam.sambutan di Hotel Indonesia Kempinski, Jakarta, Selasa (5/11).
Franky menambahkan investasi di bidang agribisnis menjadi kunci penggerak pertumbuhan sektor agribisnis sesuai salah satu prioritas Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya pada Minggu (20/10) silam. Melalui investasi, Ia berharap daya saing produk agribisnis Indonesia meningkat.
“Strategi industrialisasi berbasis agroindustri perlu dipersiapkan dengan matang. Sama halnya dengan strategi daya saing ekspor unggulan kita. Memproses dan mengolah produk hasil pertanian menjadi barang-barang setengah jadi atau produk final yang dapat langsung dikonsumsi atau dipakai,” ungkap Ketua Dewan Pengarah Rakornas tersebut.
Namun, produktivitas menjadi salah satu kendala karena terbatasnya pasokan benih dam bibit bersertifikat. Franky menekankam perlunya bibit tanaman pangan yang unggul dan berproduksi tinggi. Menurutnya, pemerintah perlu mengeluarkan payung kebijakan yang mengatur tentang perbibitan dan perbenihan komoditas pangan secara nasional agar dapat terkoordinasi mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan hingga cara menanamnya. Pemerintah juga dirasa perlu menumbuhkembangkan industri pembibitan dan perbenihan dengan memberikan insentif khusus.
"Tata dagang (distribusi) bibit dan benih yang baik serta penangkar benih yang terlatih dan tersebar keseluruh wilayah Indonesia, sehingga bibit dan benih mudah didapat, dengan harga terjangkau," ujarnya.
Kemudian, Ia menyarankan adanya edukasi kepada petani soal penggunaan pupuk berimbang untuk sejumlah komoditas terbukti berhasil meningkatkan produktivitas pertanian. Di samping itu, pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat juga semakin penting untuk mentransformasi pertanian nasional di tengah perubahan iklim. Perubahan iklim menyebabkan kenaikan suhu yang cenderung meningatkan hama tanaman dan merubah pola curah yang berdampak pada menurunnya produksi pangan.
Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan Juan P. Adoe menekankan pentingnya pertumbuhan investasi di subsektor pangan. Juga perlunya infrastruktur pembiayaan perbankan yang lebih inovatif dan kreatif, sehingga mempermudah akses permodalan kepada petani dan peternak dengan skema perkreditan yang lebih kompetitif dan dapat menciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak.
Data Kementerian Perindustrian menyebutkan sektor makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp 7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai US$ 376 juta pada kuartal I/2019. Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan juga menjadi salah satu kontributor utama investasi, terutama untuk PMDN.
“Kita harapkan investasi di sektor pangan terus tumbuh, tentunya ini perlu didorong dengan kebijakan fiskal dan insentif yang baik, karena akan berpengaruh banyak pada keberlanjutan pertanian dan industri makanan,” kata Juan.
Selain itu, Juan berharap pemerintah memiliki peta jalan (road map) di bidang peternakan. Menurutnya, permasalahan yang dihadapi di sektor peternakan adalah terpusatnya sentra produksi dan pengolahan sapi yang terpusat di Jawa serta daya saing industri perunggasan yang masih rendah.
Ketua Pelaksana Rakornas, Franky Welirang mengatakan selain melibatkan Dewan Pengurus Kadin seluruh Indonesia di sektor agribisnis, Rakornas juga menghadirkan para pemangku kepentingan lainnya seperti pemerintah, asosiasi dan himpunan bisnis, petani, korporasi, perbankan dan lembaga keuangan hingga anggota parlemen dan lainnya. “Semuanya berkumpul di Rakornas ini, sedikitnya ada 200 peserta. Bersama-sama merumuskan rekomendasi untuk mensinergikan program dunia usaha dengan pemerintah,” pungkasnya.