Jakarta, Gatra.com - Kembar siam atau conjoined twins merupakan salah satu kasus kelainan bawaan yang ada di dunia. Beberapa kasus kembar siam dapat menyebabkan beberapa organ di dalam tubuh berdempetan. Meski belum diketahui penyebab pasti munculnya kembar siam, ada faktor yang memengaruhinya seperti faktor genetik, lingkungan, infeksi, dan status gizi.
"Pencemaran lingkungan berperan dalam hal ini. Selain ada faktor genetik dan lainnya, kita juga berupaya menurunkan kejadian kelainan bawaan dengan penanganan limbah dan menginformasikan perilaku hidup yang sehat," kata Direkur Utama Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, dr. Didi Danukusumo, SpOG(K) saat konferensi pers di Jakarta, Senin (4/11).
Menurutnya, kembar itu ada dua macam yakni dua telur dan satu telur. Sekitar 70% kembar itu adalah dua telur. Permasalahan terjadi ketika kondisi kembar satu telur. Di triwulan kehamilan sudah dapat diketahui apakah ada kembar siam atau tidak.
"Kalau kembar itu satu telur memisah di tiga hari pertama akan menjadi kembar seperti kembar dua telur. Kalau terjadi pemisahan di hari ketujuh akan menjadi monokorionik seperti satu plasenta. Apabila, pemisahan dilakukan lebih telat lagi (10-11 hari) akan terjadi bayi kembar dalam satu kantong yang sangat berbahaya. Jika lebih lama lagi terpisahnya, maka akan menjadi kembar siam," jelasnya.
Saat ini, selain promotif dan preventif, RSAB Harapan Kita juga memiliki tempat untuk mendeteksi kelainan bawaan yang sudah bisa dilihat paling tidak trimester kedua pada kehamilan. "Hal yang paling penting adalah bagaimana kami bisa melakukan penanganannya secara terpadu," pungkas dokter Didi.