Home Kesehatan Menko PMK: Bertekad Tekan Angka Stunting hingga Di Bawah 20%

Menko PMK: Bertekad Tekan Angka Stunting hingga Di Bawah 20%

Semarang, Gatra.com- Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) menargetkan untuk menurunkan tingkat angka stunting hingga di bawah 20%. Stunting atau perawakan kerdil pada anak akibat malnutrisi kronis masih menjadi tantangan di Indonesia, termasuk di Jawa Tengah yang prevalensi balita stuntingnya masih berada di angka 34,3%, di atas rata-rata prevalensi nasional yaitu 30,8%1.

Hal ini disampaikan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusa dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy usai membuka Lokakarya Penanggulangan Stunting di Jawa Tengah yang digelar oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah di Semarang, sabtu (2/11)

Menurut Muhadjir, angka stunting sekarang ini sudah mencapai 27% setelah sebelumnya berada di kisaran 37% sehingga kita akan pertahankan trend menurun, agar mencapai target di bawah 20%. “Permasalahan stunting tidak hanya berkaitan dengan gizi buruk ataupun kesalahan urus dari ibu terhadap bayi, tapi juga terkait masalah sanitasi yang buruk,” kata Muhadjir pada para wartawan.

Muhadjir mengakui, dirinya tidak memberi pengarahan dalam lokakarya karena belum menguasai masalah (stunting), namun dia mengaku senang sekali karena banyak sekali peserta memberikan masukan-masukan, terkait stunting, sehingga masukan dari peserta itu akan dijadikan dasar mengambil kebijakan di tingkat nasional.

Nantinya, kata Muhadjir, kemenko PMK akan berkoordinasi dengan kementerian di bawah Kemenko PMK, agar setiap kementerian sudah ada task force satuan tugas khusus, kalau itu terkait dengan kementerian di luar menko, nanti akan koordinasi antar menko

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr. Yulianto Prabowo, M.Kes mengatakan, di Jawa tengah angka stunting berkisar masih 30% yang menyebar di 14 kabupaten kota dan kabupaten diantaranya, Wonosobo, Demak dan Brebes. Menurut Yulianto, untuk menangani masalah stunting ini, pada prinsipnya yang bersifat spesifik dan bersifat sensitip. “Untuk penanganan yang bersifat sensitif ini adalah lintas sektor dengan masing-masing sektor mempunya peran masing-masing sesuai proporsinya” kata Yulianto.

Kepala Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jateng Dr.Djoko Handojo, Sp.B, Sp.B(K)Onk, FICS mengatakan, acara lokakarya ini digelar dalam rangka HUT IDI dan Hari Bhakti IDI. Menurut Djoko Handojo, acara ini diikuti oleh 300 peserta dari berbagai daerah terdiri dari dokter, paramedis, perawat dan tenaga kesehatan di lingkungan pemerintah daerah. “Untuk menangani masalah stunting, IDI akan membantu dengan membuat network dalam menangani masalah stunting di Jawa Tengah” pungkas Djoko Handoyo.

393