Pekanbaru, Gatra.com - Presiden Partai Keadilan Sejaterah (PKS), Sohibul Iman, menghadiri Rapat Koordinator Wilayah (Rakorwil) PKS Riau, Sabtu (2/11). Dalam Rakorwil tersebut, Sohibul menegaskan posisi PKS sebagai oposisi.
Sohibul meyakini pilihan tersebut tak akan membuat partainya merugi. "Kita diluar, kita juga pernah melakoni posisi tersebut pada 2014, dan buktinya suara PKS malah naik dari 8,5 juta pada pemilu 2014 menjadi 11,5 juta pada 2019. Insyalaah PKS tidak mengalami kerugian," jelasnya.
Pilihan oposisi tersebut, kata Sohibul, juga bertujuan untuk menyehatkan iklim demokrasi di Indonesia. Terlebih, jika melihat kecendrungan partai politik yang memilih merapat ke pemerintah. Jelas Sohibul, dengan posisi PKS sebagai oposisi maka citra demokrasi Indonesia di panggung dunia dapat terjaga.
Diakuinya, PKS juga sempat menerima undangan untuk bertemu dengan Presiden Jokowi. Namun, undangan tersebut tidak langsung diterima begitu saja. PKS mensyaratkan agar pertemuan dengan Jokowi diadakan setelah pembentukan kabinet.
"Bila kabinet belum rampung terus kita ketemu, nanti dianggap kepengen kursi. Kita tidak pengen terjadi itu. Oleh sebab itu kita baru mau bertemu jika kabinet telah terbentuk," ujarnya.
Mantan rektor salah satu universitas swasta itu melanjutkan, posisi sebagai oposisi juga menjadi bagian dari sikap konsistensi PKS. Sikap itu, jelasnya lagi, merupakan salah satu modal utama PKS dalam menjaga suara.
Ketua DPW PKS Riau, Hendri Munief, menambahkan capaian menjanjikan PKS pada hajatan Pemilu 2019 hendaknya dapat terulang pada kontestasi Pemilukada 2020.
"Alhamdulilah kita punya catatan positif dalam setiap event Pilkada. Pada Pemilukada 2017 persentase kemenangan kita 58% Kemudian pada hajatan Pilgub di 2018 kita juga menang. Tentu kita berharap raihan serupa juga terjadi pada pemilukada 2020," tekannya.
Reporter: Febri Kurnia
Editor: Hendry Roris