Bandar Lampung, Gatra.com - Sekelompok anak muda di Bandar Lampung yang mengaku peduli dengan lingkungan sosial pendidikan, melakukan road show keliling ke sejumlah sekolah SD/MI untuk mencegah keranjingan game online. Mereka juga mengenalkan permainan tradisional yang interaktif dan membangun.
"Kehadiran kami Komunitas Pendegha Dira di sekolah karena kami prihatin kepada lingkungan pendidikan anak-anak SD/MI yang kian banyak mengenal bahkan kecanduan game online di gadget dan ini pastinya bisa berpengaruh terhadap perkembangan " ujar Putra Aditya, Ketua Panitia Road Show Belajar dan Bermain Komunitas Pendegha Dira, kepada Gatra.com, Sabtu (2/10).
Menurut Aditya, anak-anak SD saat ini sudah banyak yang tidak mengenal dan enggan memainkan permainan-permainan tradisional yang justru banyak memberikan pelajaran tentang kebersamaan, sosial, semangat belajar, dan bekerja keras.
"Di sini kami mengenalkan kembali permainan tradisional kepada anak-anak, seperti gobak sodor, jalan bakiak, membuat kerajinan kertas, dan cerita pesan moral dengan boneka tangan," katanya.
Aditya berharap upaya yang dilakukan komunitasnya dapat menghindarkan anak-anak dari kecanduan game online yang belum tentu baik untuk perkembangan, hingga anak-anak berkesempatan kembali untuk semangat belajar dan berprestasi.
"Sepeti lewat kisah boneka tangan, kami sampaikan pesan moral kepada anak-anak, agar mereka mulai memahami bahaya dan dampak kecanduan game online pada usia mereka " katanya.
Sementara itu, Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatul Ulama Kebun Jeruk, Bandar Lampung, Rahmawati, menyambut gembira kehadiran Komunitas Pendegha Dira di sekolahnya.
" Bagi saya, ini sangat positif, bagus untuk perkembangan anak-anak di sekolah, murid juga antusias mengikuti," kata Rahmawati.
Sedangkan soal game online di gawai, Rahma mengaku sempat menjumpai beberapa murid di sekolahnya mulai bermain game tersebut di lingkungan sekolah.
"Ada beberapa ya, di antara kelas 4, 5, dan 6 beberapa kali kami jumpai sedang bermain game di HP, tindakan kami ya sebatas menasihati dan melarang saja " ungkapnya.
Menurut Rahma, kebanyakan murid yang membawa gawai mengaku untuk menghubungi orang tua saat menjemput.
"Ya kami mengimbau juga untuk wali murid agar tidak memberikan HP apalagi yang bisa akses game dan medsos kepada anak-anak, kami juga tidak mudah mengawasinya di lingkungan sekolah " ujarnya.
Pendegha Dira merupakan komunitas yang peduli terhadap sosial dan pendidikan, berdiri sejak April 2017, Komunitas ini telah beranggotakan seratusan pemuda.
Sepanjang bulan November, Komunitas Pendegha Dira akan berkeliling ke 14 sekolah di Bandar Lampung untuk mengampanyekan permainan tradisional untuk cegah kecanduan game online.