Home Milenial Lukisan dari Limbah Kantong Plastik Diminati Senusantara

Lukisan dari Limbah Kantong Plastik Diminati Senusantara

Pati, Gatra.com - Genap tiga tahun, Jafar Labib warga Desa Jepat Lor RT 03/RW 01, Kecamatan Tayu, Pati, menekuni seni lukis. Alih-alih menggunakan kuas dan cat, pria kelahiran 1981 ini memilih menggunakan media limbah kantong plastik. 
 
Selain banyak diminati warga eks Karesidenan Pati, lukisan dari limbah kantong plastik miliknya banyak dicari kolektor seni dari Yogyakarta, Jakarta serta sejumlah daerah di Nusantara karena keunikannya. 
 
Ayah dua anak ini memulai peruntungannya di dunia lukis sejak duduk di bangku SMP 5 Rembang, hanya saja selepas menkhatamkan sekolah menengah atas, jalur seni tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. 
 
Ia pun sempat menjadi kuli bangunan di sejumlah kota perantauan, tetapi jiwa seni terus membuncah hingga menggiring ia untuk kembali ke tanah kelahirannya di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. 
 
Di saat kembali menekuni dunia lukis dengan media kuas dan kanvas di Kota Garam, Jafar bersua dengan pujaan hatinya seorang gadis molek asal Kabupaten Pati. Tak berapa lama menjalin asmara, ia memutuskan untuk meminang gadis tersebut dan berdomisili di Jepat Lor. 
 
Sekali lagi dia rehat dari dunia seni rupa dan menjajal beberapa pekerjaan di kota baru yang dijajakinya, hanya saja asap dapur tak begitu mengepul. Kala merenung di teras rumahnya, ia melihat kantong plastik terbang ke sana-kemari terbawa angin. 
 
"Saat itu saya terinspirasi untuk kembali melukis, tetapi dengan media limbah kantong plastik karena plastik umurnya bisa sangat lama," tutur Jafar saat Gatra.com singgah di kediamannya, Jumat (1/11).
 
Dikumpulkanlah sejumlah benda tak terpakai itu dari lingkungan sekitar rumahnya dan bereksperimen untuk menghasilkan sebuah karya apik. Gagal beberapa kali bukan alasannya untuk mundur dari niat untuk memanfaatkan limbah yang konon hanya terurai selepas 500 tahun itu. 
Jafar Labib (38) mengerjakan lukisan Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin di rumahnya turut Desa Jepat Lor, Kecamatan Tayu, Pati, Jumat (1/11). (GATRA/Ahmad Muharror/far)

Sebelumnya, sampah plastik yang telah terkumpul itu ia cuci untuk kemudian dijemur. Selanjutnya sampah yang sudah dipilah sesuai warna dan ukuran itu dibentuk sedemikian rupa. Akhirnya saya temukan metode paling pas, yakni dengan membuat simpul klabang, sebut Jafar. 

Di pojok ruang tamu, biasa ia berjibaku dengan plastik bekas dan lem lilin terlihat gambar sosok Maruf Amin sedang digarapnya. Pada kanvas triplek ukuran 40 x 60 sentimeter, plastik ditempelkannya satu persatu di sketch siluet Wakil Presiden Periode 2019-2024 itu. 
 
Sementara lukisan Joko Widodo tampak gagah pada bingkai kaca di samping kanannya. Memang pasca pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, ia sengaja membuat lukisan sebagai apresiasi. 
 
Selain itu wujud doa agar bangsa Indonesia lepas dari kesulitan dan lebih maju lagi. Satu lukisan biasanya menghabiskan 100-150 kantong plastik, terang Jafar. 
 
Sebuah karya artistik biasa ia kerjakan dalam kurun 3 hari hingga seminggu. Sementara untuk harga dipatok mulai 500 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan. 
 
Baginya tingkat kesulitan melukis dengan media limbah plastik lebih tinggi, dibandingkan melukis konvensional. Lantaran sekali terjadi kesalahan kecil, sebuah karya tidak bisa tercipta. 
 
Kesulitan pada bagian wajah, kalau lukisan cat kan enak bisa dikasih warna dasar putih dan dikerjakan lagi. 'Namun plastik tidak bisa begitu, sekali cacat ya sudah buat lagi yang baru," ungkapnya. 
 
Bagi yang berminat membeli karya artistik miliknya, bisa bertandang ke rumahnya secara langsung yang telah ia sulap menjadi galeri. Workshop pelatihan turut ia buka kepada warga yang berkenan memanfaatkan limbah plastik dan barang tak terpakai lainnya. 
 
"Satu bulan sekali biasanya anak-anak sini, kami latih membuat karya seperti tempat tisu, kemasan produk limbah selongsong perlak, songkok dari limbah plastik. Semua limbah digunakan dari plastik, ranting, kain, kertas. Apa yang bisa dimanfaatkan, kami gunakan," katanya. 
1948