Jakarta, Gatra.com - Kepala Seksi Konsumsi Gizi Khusus Direktorat Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan, Ivonne Kusumaningtias mengatakan, tren penyakit stunting atau gizi buruk tahun ini menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski menurun, Ivo menyebutkan, tingkat prevalensi atau jumlah kasus penyakit masih tergolong kronis.
"Secara nasional mengalami penurunan dari 37,2% menjadi 30,8%. Namjn, 30,8% itu tetap saja, 3 dari 10 anak [menderita] stunting," kata Ivo di kawasan Tendean, Jakarta Selatan, Jumat (1/11).
Prevalensi itu diukur dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019 yang menargetkan penurunan stunting hingga 28% dan rekomendasi dari World Health Organization (WHO) sebesar 20%.
Di Indonesia, Ivo menyebut, Nusa Tenggara Timur masih menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi.
Ivo melanjutkan, Kementerian Kesehatan juga masih berupaya mengentaskan kasus stunting melalui program 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Program itu akan fokus terhadap kebutuhan ibu dan anak sejak dalam kandungan hingga dilahirkan dan menginjak usia balita.
Selain program 1.000 HPK, Ivo juga menyebut, pihaknya bekerja sama dengan stakeholder terkait. Menurutnya, masalah gizi tidak hanya berkaitan dengan masalah kesehatan, tetapi juga lintassektor terkait.
"Kayak daya beli enggak ada, padahal makanan ada. Itu bukan domain Kementerian Kesehatan. Itu kenapa kerja sama lintassektor harus kuat," ujar perempuan berprofesi dokter ini.