Jakarta, Gatra.com - Asisten Deputi Usaha Industri Agro dan Farmasi II Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Agus Suharyono mengungkapkan Perum Badan Usaha Logistik (Bulog) mengeluarkan biaya yang besar untuk menjalankan kegiatan operasionalnya, baik dalam menjalankan tugas pemerintah maupun fungsi komersialnya.
"Ingat setiap bangun pagi Pak Budi (Direktur Utama Bulog) harus satu, bayar bunga. Catatan kami hampir Rp10 miliar satu hari," kata Agus dalam acara Ngopi BUMN di Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (1/11).
Bunga tersebut, lanjut Agus harus dibayar lantaran Bulog berutang dalam serapan beras petani dan pembayarannya bergantung dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Bulog juga harus mengeluarkan biaya Rp6 miliar per hari untuk membiayai 4.000 karyawannya di seluruh Indonesia.
"Itu akan selesai kalau ruang-ruang kosong regulasi yang disebut bisa diisi. Boleh ngasih penugasan CBP (Cadangan Beras Pemerintah), BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), dan Bansos Rastra (bantuan sosial beras sejahtera), tapi harus jelas karena perlindungan terhadap itu ada, yaitu UU BUMN Pasal 26," terangnya.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso mengungkapkan pihaknya sedang membangun sistem yang berorientasi komersial untuk menutupi biaya operasionalnya. Selama ini, produk komersial baru menyumbang 20 persen pendapatan Bulog.
"Kembali ke penugasan (negara) bukan maslah. Nanti akan saya perbaiki regulasinya untuk pembangunan (Bulog) kedepan, agar pembangunannya tidak terpuruk, maka harus dipikirkan," ujarnya.
Buwas menegaskan dana untuk menghasilkan produk komersial berasal dari hasil penjualan produk-produk tersebut, sedangkan untuk penugasan pemerintah dananya dari negara.
"Kalau CBP dana pemerintah karena barangnya milik negara. Nanti perintahnya tinggal dari negara. Kita beli beras 10 ribu milik negara karena disetujui negara. Beras itu dijual 5000, kita turunkan. Bulog tidak rugi," katanya.