London, Gatra.com – Saat ini, pendakian gunung di beberapa bagian dunia menjadi lebih berisiko karena adanya perubahan iklim. Ilmuwan dan ahli pendakian mengatakan, pemanasan yang terjadi di Pegunungan Alpen telah menipiskan lapisan es dan salju, sehingga daerah tersebut menjadi rawan longsor untuk kegiatan pendakian. Hal tersebut disampaikan oleh para ahli di pertemuan Federasi Pendakian dan Pendakian Gunung Internasional.
Mereka mengatakan, Gletser yang mencair juga menambah tantangan bagi pendaki gunung. Rute pendakian di sana juga harus ditinggalkan atau diubah karena meningkatnya risiko. Bahkan, di beberapa tempat, musim pendakian harus dimajukan.
Sebuah studi tentang rencana pendakian gunung untuk pendaki di Mont Blanc menunjukkan banyak perubahan. Hampir semua rencana perjalanan pendakian untuk wilayah tersebut telah terpengaruh sejak tahun 1970-an dan beberapa rute tidak ada lagi.
"Selain itu, periode di mana rencana perjalanan dapat naik di kondisi baik musim panas cenderung menjadi kurang dapat diprediksi. Periode kondisi optimal telah bergeser ke arah musim semi dan gugur. Oleh karena itu, rencana perjalanan menjadi lebih berbahaya dan secara teknis lebih menantang," ujar Peneliti Jacques Mourey dari University of Grenoble Alpes, seperti diwartakan BBC.
Sebuah studi pada 2017 dari beberapa puncak di Mont Blanc yang dilakukan oleh tim Perancis menunjukkan degradasi permafrost yang signifikan antara tahun 1850 dan 2015. Hal ini menyebabkan lereng gunung menjadi tidak stabil.
"Banyak dari rute ini menjadi sangat berbahaya. Banyak pendakian es klasik di Pegunungan Alpen Timur telah dipengaruhi oleh reruntuhan bebatuan yang jatuh. Selain itu karena es yang mencair selama akhir musim panas dan musim gugur," jelas mahasiswa University of Natural Resources and Life Sciences di Vienna, Florian Ritter.
"Sementara proses yang dijelaskan terkait dengan pemanasan global dapat meningkatkan potensi, peristiwa umumnya dipicu oleh proses lain yang kurang terkait dengan pemanasan global, seperti peristiwa hujan ekstrem," sambungnya.
Selama 10 tahun terakhir, jaringan sensor nirkabel di Gunung Matterhorn di Pegunungan Alpen telah mengalirkan data tentang kondisi permukaan batu yang curam, lapisan es dan iklim yang ada. Bahkan, laku perubahannya cukup cepat, sehingga mengakibatkan beberapa tempat tidak bisa dikunjungi lagi.