Home Gaya Hidup 'Sang Sukrasana', Kisah Rakyat Dimanfaatkan untuk Politik

'Sang Sukrasana', Kisah Rakyat Dimanfaatkan untuk Politik

Jakarta, Gatra.com - Sarat akan nilai kemanusiaan, Laskar Indonesia Pusaka bersama Bakti Budaya Djarum Foundation gelar lakon wayang orang bertajuk "Sang Sukrasana" yang bakal dihelat pada 17 November mendatang.

Sukrasana adalah tokoh wayang asli dari Indonesia. Dia merupakan sosok ksatria yang memiliki kekuatan nan luar biasa namun punya kelemahan, yakni wajahnya menyeramkan dan buruk rupa seperti Buto kecil.

Dalam kisahnya, Sukrasana memiliki kakak yang tampan dan ambisius bernama Sumantri. Kakaknya itu memiliki keinginan untuk mendapatkan kekuasaan. Dari hal itu, sang adik, Sukrasana, rela mengabdi demi kakaknya tersebut supaya bisa menggapai ambisinya untuk meraih kekuasaan.

Miris, setelah Sukrasana membantu Sumantri ke tampuk kekuasaan, justru ia malah dikhianati oleh kakaknya sendiri. Alasan sang kakak menolak adiknya itu karena dia berparas buruk rupa dan kumuh. Akhir cerita, hubungan Sukrasana dan Sumantri berakhir tragis tatkala kesetiaan dikhianati oleh ambisi semata.

Lakon "Sang Sukrasana" seperti yang disampaikan Jaya Suprana selaku penggagas ide karya tersebut karena Sukrasana merupakan cerita kesedihannya melihat rakyat hanya dimanfaatkan untuk kepentingan politis semata, namun ketika sudah berkuasa, rakyat yang telah mendukungnya justru dilupakan.

"Seolah-olah ditimbulkan kesan bahwa negara dan bangsa ini akan dipersembahkan kepada rakyat, tapi kalau pemilunya selesai, mendadak rakyatnya dilupakan," katanya saat Konferensi Pers pagelaran wayang orang "Sang Sukrasana" di Auditorium Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis (31/10).

Dari pagelaran wayang orang "Sang Sukrasana" itu, dia berharap mampu mengangkat harkat dan martabat rakyat. "Rakyat ini adalah sukma negara dan bangsa yang karena tanpa rakyat, enggak ada negara, enggak ada bangsa," ucapnya.

Dia menggambarkan Sukrasana yang meski buruk rupa dan terkesan kumuh, namun punya kekuatan luar biasa sebagai penggambaran dari rakyat itu sendiri. "Padahal tidak punya jabatan, tidak punya wewenang, tapi dia punya semangat pengabdian," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan aktor kawakan, Lukman Sardi. Dalam perannya sebagai Sukrasana, dia menilai bahwa kisah "Sang Sukrasana" sarat akan nilai kemanusiaan. Khususnya dalam hal menghargai orang yang turut membantu kita meraih kesuksesan serta mengamanatkan agar tidak menilai orang dari penampilannya saja.

"Secara sisi humanismenya ingin dimunculkan bahwa apakah kamu orang yang menghargai siapa pun itu? Apakah kamu orang yang bisa melihat sisi terbaik dari sesosok manusia bukan hanya dari penampilan, tapi dari apa yang dia kerjakan?" ungkapnya.

Wayang orang "Sang Sukrasana" digelar 17 November mendatang di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Lakon ini disutradarai oleh Nanang Ruswadin. Beberapa aktor dan aktris turut meramaikan pagelaran ini, di antaranya: Lukman Sardi sebagai Sukrasana, Maudy Koesnaedi sebagai Dewi Citralangeni, Asmara Abigail sebagai Dewi Citrawati, Ruth Marini, Inayah Wahid, dan Tina Toon.

Reporter: ARH

2913