Washington D.C., Gatra.com - Amerika Serikat berencana untuk mengizinkan perusahaan-perusahaan Rusia, Cina, dan Eropa untuk terus bekerja di fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Hal tersebut disampaikan dua sumber yang mengetahui masalah tersebut pada Rabu (30/10). Langkah itu bertujuan untuk mempersulit Iran dalam mengembangkan senjata nuklirnya.
Dilansir Reuters, menurut sumber yang tak mau disebut namanya, pemerintahan Trump akan membiarkan hal itu terjadi dengan mengeluarkan keringanan sanksi yang melarang perusahaan-perusahaan non-AS berurusan dengan Organisasi Energi Atom Iran (AEOI). Seperti diketahui, AS tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran 2015 dan memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran.
Sementara pembaruan pengecualian akan memungkinkan pekerjaan non-proliferasi untuk berlanjut di reaktor Arak yang selama ini melakukan riset air berat. Termasuk di pabrik pengayaan bahan bakar Fordow, yang diawasi AEOI. Hal ini menjadi pertanda bahwa Washington membuka terbuka untuk diplomasi.
Baca Juga: Iran Segera Operasikan Reaktor Nuklir Penghasil Air Berat
Sesuai kesepakatan 2015 antara Iran dan enam kekuatan dunia - Inggris, Cina, Prancis, Jerman, Rusia, dan Amerika Serikat - Teheran sepakat untuk membatasi program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi ekonomi yang telah melumpuhkan ekonominya.
Ketika Presiden Donald Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan pada Mei 2018, ia kembali menjatuhkan sanksi AS dalam kampanye "tekanan maksimum" yang dirancang untuk memaksa Iran kembali ke meja perundingan.
Trump menginginkan kesepakatan yang lebih luas yang juga akan membatasi program rudal Iran serta kegiatan regionalnya. Iran telah menuntut Amerika Serikat untuk melanjutkan kembali perjanjian dengan 2015 yang disebut dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan.
Baca Juga: Rusia dan Afrika akan Bangun Pusat Teknologi Nuklir Baru
Sementara itu Prancis telah berusaha untuk membawa keduanya ke dalam dialog yang lebih luas tetapi sejauh ini belum membuahkan hasil. Mereka menyebut keduanya belum bersedia untuk meninggalkan elemen inti kebijakan: kepercayaan AS bahwa tekanan akan membuat Iran bertekuk lutut, dan penolakan Iran untuk menyerah untuk paksaan AS.
Di bawah kesepakatan 2015, reaktor Arak akan dirancang ulang untuk tidak dapat memproduksi plutonium tingkat-bom di bawah operasi normal. Sementara itu, pabrik Fordow akan menghentikan pengayaan uranium dan dikonversi menjadi pusat nuklir, fisika, dan teknologi.
China National Nuclear Corp milik negara Cina telah melakukan pekerjaan non-proliferasi di Arak, dan Rosatom Rusia telah melakukannya di Fordow. Rosatom juga menyediakan bahan bakar uranium untuk pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr Iran.
Baca Juga: UE Hapus Batas Impor yang Dicurigai Terpapar Nuklir
Sementara itu Departemen Luar Negeri A.S. tidak memberikan komentar apapun terkait hal ini. Demikian pula, pihak Rosatom yang juga belum mengeluarkan pernyataan apapun.
Seorang juru bicara China National Nuclear Corp mengatakan kepada Reuters pada Kamis melalui surel bahwa pihaknya "mulai bekerja sama dengan pihak Iran di bawah bimbingan dari Beijing dalam mencari solusi positif untuk masalah nuklir Iran". Meski begitu pihak Cina tidak memberikan rincian lebih detail soal kerja sama tersebut.