Jakarta, Gatra.com - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump telah mengonfirmasi tewasnya pemimpin ISIS Abu Bakr Al-Baghdadi di barat laut Suriah, beberapa hari lalu.
Dalam pidatonya, Trump menuturkan Baghdadi tewas dengan meledakkan bom bunuh diri saat dikepung pasukan khusus AS.
Kematian gembong ISIS tersebut memicu kekhawatiran, yakni soal kemungkinan aksi balasan pengikut Baghdadi di Indonesia.
Menanggapi itu, Direktur Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo mengatakan, potensi balas dendam patut diwaspadai aparat Kepolisian Indonesia.
Ia menilai, jaringan teroris di Indonesia yang berafiliasi dengan ISIS cukup masif. Beberapa aksi teror di Indonesia diduga dilakukan oleh kelompok yang punya hubungan dengan ISIS.
"Jaringan teroris yang berafiliasi dengan ISIS cukup masif melakukan aksi-aksi teror selama ini, termasuk di antaranya yang menikam Menkopolhukam, Pak Wiranto. Nah pelaku diduga afiliasi ISIS," kata Karyono saat dihubungi Gatra.com, Rabu (30/10).
Karyono meminta apat kepolisian perlu mengendus pergerakan jaringan terorisme di Indonesia. Semua itu untuk mengantisipasi adanya teror yang mungkin dilancarkan sebagai aksi balas dendam.
"Jadi saya kira dengan meninggalnya Abu Bakr Al-Baghdadi ini perlu diantisipasi Polri ya. Polri harus mendeteksi gerakan-gerakan teroris di Indonesia. Ini sebagai bentuk pencegahan," ujarnya.
Karyono menyarankan agar Polri terus meningkatkan koordinasi antarlembaga dalam penanganan terorisme. Peran berbagai elemen masyarakat juga bisa dilibatkan membantu kepolisian.
"Saya kira Polri juga harus berkoordinasi dengan Badan Intelijen Negara, TNI, serta lembaga lain untuk mencegah aksi kelompok teroris. Perlu juga koordinasi dengan berbagai unsur masyarakat, seperti ulama dan sebagainya," katanya.