Jakarta, Gatra.com - Dompet Dhuafa berkomitmen ikut memberikan kontribusi dalam pengentasan kemiskinan, yang salah satunya dengan membuka 200 layanan baru di 34 Provinsi di Indonesia.
Ketua Pengurus Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Majidi, mengatakan Dompet Dhuafa saat ini usianya memasuki usia 25 tahun dan sebagai sebuah lembaga filantropi yang mampu eksis selama, itu bukanlah pencapaian yang mudah.
"Selama 25 tahun berjalan, bukanlah mudah masih eksis hingga hari ini. 25 tahun siklus satu generasi. 25 pertama sudah kita lewati, paling tidak 25 tahun kedua tantangan, hambatan dan opportunity akan berbeda," kata Nasyith kepada wartawan, di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (30/10).
Nasyith mengatakan jika Dompet Dhuafa dalam pengelolaannya masih terpaku pada pola kerja yang lama, maka akan ketinggalan zaman. Sebabnya, tranformasi dari 25 tahun pertama ke 25 tahun berikutnya, akan menjadi landasan penting bagi keberlangsungan Dompet Dhuafa.
Nasyith menyebut, dalam mengembangkan eksitensimya, Dompet Dhuafa memiliki tiga pilar, yakni ; keikhlasan - ini bukan hal mudah, memang susah menerjemahkan, tetapi beruntung bagi Umat Islama, sebab Keikhlasan sudah dicontohkan Nabi Muhammad.
"Iklas ini adalah pekerjaan seumur hidup. Selain itu kemoderenan dan ke-Indonesian. 25 tahun kita sudah tunjukan bisa survive," katanya.
Dompet Dhuafa lanjut Nasyith masih menekankan proses modernisasi, yang diterjemahkan merubah paradigma, sebab itu dompet duafa juga bertransformasi memanfaatkan teknologi. Ketiga, mengenai ke-Indonesian. Ini penting buat cara pandang lembaga.
"Jadi apa yang kita lakukan untuk Indonesia. Selain dilandasi untuk mengangkat para duafa di Indonesia," ujarnya.
Dikatakan, mengenaiu visi Dompet Dhuafa, bisa menjadi pioneer filantropi Islam.
"Hari ini akan memulai membuat jaringan 200 baru di seluruh Indonesia. Tapi ini belum cukup, akan terus berkembang sesuai kemampuan dompet duafa. Paling penting ada dampak sosial bagi kemaslahatan orang duafa di Indonesia," ungkapnya.
Diharapkan, dompet duafa lebih kokoh secara organisasi dan jaringan. Tujuannya, membuat kebaikan tidak cukup dikerjakan sendiri, sehingga harus gotong royong melibatkan semua unsur komponen masyarakat yang memiliki tujuan yang sama menyebarkan kebaikan.
"Bersama-sama membuat Indonesia lebih baik dan berkontribusi mengangkat derajat kaum duafa," katanya.