Mosul, Gatra.com - Ketika Abu Bakr al-Baghdadi berada di mimbar masjid bersejarah Irak, Al-Nuri untuk mengumumkan kekhalifahannya pada tahun 2014, penduduk Mosul tidak tahu sejauh mana kota mereka akan hancur.
"Pria aneh ini, yang belum pernah kita lihat sebelumnya naik mimbar sebagai ganti imam kita yang biasanya," kata Fahd Qishmou (48), salah satu yang menghadiri pidato terkenal Baghdadi yang menyatakan dirinya "khalifah" atas jutaan orang di Irak dan Suriah.
"Di datang ke masjid kami, tempat kedamaian kami, dan dia merubahnya menjadi neraka," tambah Qishmou dilansir Reuters, Selasa (29/10).
Al-Nuri sendiri merupakan salah satu simbol kebanggan kota Mosul. Masjid itu telah berusia 850 tahun namun kini yang tersisa hanya tinggal reruntuhannya dan hancur sejak ISIS tiba disana pada tahun 2017.
Menurut penduduk di sana, ketika Baghdadi bicara mengenakan jubah hitam dan berjenggot panjang. Ia mampu berbicara dengan fasih dan sangat tenang. Terdapat pula drone yang dikendalikan oleh pengawal Baghdadi dan memutuskan komunikasi.
"Tiba-tiba, dia menyatakan Negara Islam telah lahir, dan meminta kita semua untuk menyatakan sumpah setia," kata Qishmou.
Qishmou saat ini bekerja sebagai sopir taksi setelah toko yoghurtnya hancur selama perang untuk merebut kembali Mosul. Ia menjadi salah satu saksi sejarah dari beberapa penduduk yang berada di masjid Al-Nuri saat Baghdadi mengumumkan kelahiran ISIS.
Warga lainnya bernama Abu Omran merasa dirinya dan yang lainnya akan terbawa dalam masalah setelah Baghdadi mendatangi masjid.
"Saya memberi tahu putra saya, pria itu akan membawa kematian dan kehancuran, dan omongan saya itu benar," kata Abu Omran.
Abu Omran merasa dalam masa perang atau saat ISIS berkuasa warga Mosul, harus hidup dalam kesengsaraan.
"Karena dia, kami kelaparan, kami hidup dengan tepung dan air selama berbulan-bulan, serta meringkuk di basement kami," kata Abu Omran.
Sambil melihat reruntuhan kota yang ada disekelilingnya, Abu Orman mengemukakan perasaannya selama perang berkecamuk di tempat tinggalnya tersebut.
"Kamu bertanya apakah aku senang dia meninggal? Saya akan senang jika rumah saya tidak roboh kena bom, jika saya tidak dicambuk dan ditembak oleh (pejuang ISIS), jika anak saya tidak terbunuh. Kami bahkan tidak pernah merasakan kemenangan, bagaimana kami bisa bahagia lagi? tambah Abu Orman.
Itu adalah gambaran momen puncak dalam masa pemerintahan yang penuh teror membentang selama tiga tahun di dua negara. ISIS menyerbu Irak dan Suriah pada 2014 dan dikalahkan pada 2017. Mosul sendiri adalah ibukota Irak bagi mereka.
Baghdadi sendiri telah dinyatakan tewas setelah pasukan khusus AS saat melakukan penyerbuan di persembunyiannya, kawasan yang berada di barat laut Suriah, Idlib.
Kematian Baghdadi itu diumumkan Presiden AS, Donald Trump pada Minggu (27/10). Trump juga mengatakan pemimpin ISIS itu mati dalam keadaan merengek dan menangis.