Semarang, Gatra.com- Momentum Peringatan Hari Sumpah Pemuda diisi kalangan aktivis mahasiswa, buruh, dan masyarakat dengan menggelar demonstrasi di depan pintu gerbang Gedung DPRD Jawa Tengah di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Senin (28/10) sore. Demonstrasi yang diikuti 100-an peserta itu berjalan santai hanya diisi dengan orasi, nembang Jawa, dan pembacaan puisi dari sejumlah pengunjuk rasa.
Berbeda dengan aksi-aksi demonstrasi sebelumnya yang selalu mendapatkan penjagaan ketat ratusan aparat dari Polrestabes dan Polda Jawa Tengah (Jateng) dengan memblokade pintu gerbang gedung dewan. Aksi kali, ini tanpa penjagaan ketat dari aparat kepolisian. Pintu gerbang masuk dibiarkan terbuka sebagian serta hanya diberi palang besi yang digembok dengan rantai.
Padahal ratusan aparat kepolisian yang sejak Senin siang sempat berjaga-jaga di Gedung Gubernuran dan DPRD Jateng yang berada dalam satu kompleks. Sebagian besar polisi meninggalkan lokasi setelah pengunjuk rasa mulai membentangkan spanduk dan melakukan orasi. Hanya ada beberapa petugas polisi masih memantau jalannya demonstrasi.
Meski tanpa penjagaan ketat dari aparat kepolisian, jalannya unjuk rasa berlangsung tertib dan aman. “Tugas kepolisian menjaga keamanan, tapi ternyata kali tidak ada polisi yang berjaga,” ujar seorang pengunjuk rasa dalam orasinya.
Mahasiswa sebuah perguruan tinggi swasta di Semarang itu dalam orasinya membakar semangat para pengunjuk rasa agar tetap bersatu dan bersemangat memperjuangkan kepentingan masyarakat. Namun, sebagian pengunjuk rasa malah terlihat duduk santai di aspal sambil ngobrol sendiri, tidak menanggapi seruan itu.
Dalam tuntutannya pengunjuk rasa masih menyerukan penolakan terhadap pengesahan Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan, serta penolakan pembangunan pabrik semen di kawasan pegunungan Kendeng.
Setelah puas melakukan orasi sekitar dua jam, para pengunjuk rasa membubarkan diri dengan tertib setelah memasuki wakti salat Mahrib pukul 18.00 WIB.