
Sapporo, Gatra.com - Kakaisaran bisa jatuh karena segala macam alasan - invasi, ekspansi berlebihan, korupsi, masalah ekonomi, perubahan iklim - tetapi penelitian baru menunjukkan bahwa Kekaisaran Akkadia mungkin telah dihapuskan jejaknya oleh badai debu sebagaimana dilansir dari Science Alert ini.
Berkembang selama Zaman Perunggu (dari abad ke-24 hingga abad ke-22 SM), Kekaisaran Akkadia bermarkas di sekitar kota Akkad di Mesopotamia kuno yang menyatukan beberapa kota di bawah satu penguasa. Akkadia mendominasi wilayah itu selama ratusan tahun hingga kehancurannya.
Berdasarkan analisis geokimia dari enam fosil karang Porites yang berusia 4.100 tahun, menambahkan beberapa detail tambahan pada kematian mendadak itu. Ini juga bertindak sebagai pengingat dari dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh perubahan lingkungan - bahkan bagi peradaban yang mapan dan dominan.
"Meskipun tanda resmi runtuhnya Kekaisaran Akkadia adalah invasi Mesopotamia oleh populasi lain, sampel fosil kita adalah jendela waktu yang menunjukkan bahwa variasi iklim berkontribusi signifikan terhadap kemunduran kekaisaran tersebut," kata ilmuwan lingkungan Universitas Hokkaido, Jepang, Tsuyoshi Watanabe pada Minggu (27/10).
"Penelitian interdisipliner lebih lanjut akan membantu meningkatkan pemahaman kita tentang hubungan antara perubahan iklim dan masyarakat manusia di masa lalu," jelasnya.
Studi tentang fosil karang dari situs Tell Leilan di timur laut Suriah (dulu pusat Kekaisaran Akkadian) menunjukkan badai debu kering yang tiba-tiba dan intens di sekitar waktu runtuhnya kekaisaran, serta adanya bukti seringnya kedatangan shamal, angin kencang yang terkait dengan debu badai di Teluk Persia.
Fosil-fosil itu juga mengungkapkan musim shamal dingin yang panjang di sekitar waktu bubarnya dinasti Akkadian sekitar 4.200 tahun yang lalu. Kondisi iklim tersebut bersama-sama dengan lingkungan yang keras untuk menanam tanaman muncul, kemungkinan besar sebabkan keresahan sipil.
Kekeringan dan kehancuran masyarakat telah diidentifikasi sebagai alasan potensial untuk berakhirnya Kekaisaran Akkadia secara tiba-tiba, serta invasi dari orang lain, tetapi studi baru ini menambahkan beberapa detail berguna pada periode ini dalam sejarah.
Kita mungkin tidak pernah tahu persis apa yang terjadi tepat di akhir masa pemerintahan Akkadia, tetapi fosil-fosil ini memberikan beberapa petunjuk menarik - melestarikan kondisi iklim di masa lalu, merentang kembali ribuan tahun. Para ilmuwan dapat membuat penilaian serupa dari inti es dan bahkan cincin pohon.
Semua itu berarti wawasan yang lebih besar tidak hanya ke masa lalu, tetapi ke dalam kondisi iklim yang berubah saat ini. Sama seperti orang Akkadia, kami menemukan kondisi cuaca ekstrem menjadi lebih sering, dan menyebabkan daerah tertentu menjadi lebih tidak ramah.
Dalam kasus bagian khusus Mesopotamia ini, perlu ratusan tahun sebelum orang-orang menetap di sini lagi, sebuah peringatan bagi kita dari masa lalu. "Intensifikasi angin permukaan yang tiba-tiba akan menyebabkan aridifikasi selama musim dingin di wilayah Mesopotamia, di mana musim dingin sangat penting untuk pertanian saat ini," para peneliti menyimpulkan dalam makalah yang diterbitkan dalam jurnal Geology tersebut.