Kudus, Gatra.com - Ratusan balita nampak manis mengenakan busana Kudusan dalam kirab yang dilangsungkan di kompleks Masjid Wali Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kudus, Minggu (27/10). Kegiatan yang didasari peringatan HSN itu, juga wujud nguri-nguri ajaran Islam Nusantara.
Busana Kudusan merupakan cermin cara berpakaian para santri di Pondok Pesantren (Ponpes) yang sangat mudah dijumpai di Kudus. Mulai dari mengenakan baju putih lengan panjang sejenis koko dan sarung.
Hanya saja konsepnya sedikit berbeda, lantaran khusus bagi lelaki mengenakan ikat kepala khas Kudus. Pengelola KB Muslimat NU Miftahul Ulum Loram Wetan, Khoirul Fatkhah mengatakan, Iket itu merupakan warisan budaya masyarakat Kudus.
Busana ini juga menjadi seragam bulanan para balita. Dimana setiap tanggal 22-23 para murid dan guru di Kelompok Belajar (KB) PAUD dan Raudhatul Athfal (RA) mengenakan busana Kudusan sebagai wujud melestarikan budaya lokal yang ada.
Kirab Hari Santri Nasional bagi balita dirasa menjadi media pembelajaran yang ampuh untuk mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam. Khususnya unggah-ungguh (budi pekerti) dan toleransi yang biasanya melekat kuat pada jiwa santri nusantara.
"Meskipun mereka nantinya tidak mondok, tetapi setidaknya mereka bisa mengamalkan dan berkarakter sebagaimana santri," harap Khoirul.
Ditemui Gatra.com kemudian, Muhammad Taslim selaku Ketua Panitia menjelaskan agenda tahunan yang digelar oleh Masjid Wali Loram Wetan ini, guna memperingati dan menyemaikan jiwa santri kepada masyarakat.
Peringatan HSN ini juga dimaknainya, sebagai wadah untuk menumbuh-kembangkan rasa nasionalisme pada diri kanak-kanak dan balita. Apalagi tajuk yang diusung Santri Unggul Indonesia Makmur.
"Hidup sebagai generasi millenial, kita dituntut untuk uptodate terhadap perkembangan teknologi. Meski begitu jiwa santri dan semangat nasionalisme harus tetap tumbuh kuat di dalam diri kita," paparnya.