Padang, Gatra.com - Dua hari lalu, ribuan ikan ditemukan mati di hulu Sungai Batang Maek, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat (Sumbar). Kematian ikan diduga akibat pencemaran di hulu sungai Nagari Tanjuang Pauh dan Nagari Tanjuang Balik.
Hulu Sungai Batang Maek merupakan salah satu sumber air yang mengisi waduk PLTA Koto Panjang. Kematian ikan menyebabkan aliran sungai beberapa hari terakhir mulai berbau busuk.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumbar menurunkan tim pada Jumat lalu (25/10) untuk menyelidiki penyebab kematian massal ikan tersebut. Dugaan sementara ikan-ikan itu mati akibat pencemaran, tetapi hal itu masih harus dipastikan.
Kepala DLH Sumbar, Siti Aisyah, mengatakan pihaknya akan mengambil sampel untuk diuji labor demi memastikan zat yang mematikan ribuan ikan Sungai Batang Maek.
"Kita pastikan dulu melalui uji labor, dan tidak mau berspekulasi itu akibat tambang timah hitam. Biasanya perlu dua minggu untuk mendapatkan hasil uji labor, bisa lebih sampai sebulan. Namun yang pasti, penyebabnya nanti bisa dipastikan dari hasil labor," terangnya di Padang, Minggu (27/10).
Sebelumnya, Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumbar sudah menurunkan tim ke lapangan untuk melakukan pengecekan dan pengambilan sampel air, lumpur, dan bangkai ikan. Kemudian langsung diuji laboratorium.
"Dalam pengecekan itu, tim kita menemukan tidak jauh dari lokasi kematian ikan di hulu Sungai Batang Maek ada aktivitas pertambangan timah hitam milik PT Berkat Bhineka Perkasa (BBP), kata Uslaini, selaku Direktur Walhi Sumbar.
Akibat kematian ribuan ikan itu, kawasan sungai berbau busuk. Kondisi tersebut juga dikhawatirkan akan berpengaruh buruk terhadap ikan yang hidup di waduk PLTA Koto Panjang. Padahal, waduk itu menjadi andalan masyarakat setempat untuk mencari ikan.
"Bila terjadi pencemaran terhadap waduk, akan berdampak pada perekonomian masyarakat kita yang berprofesi nelayan, yang sehari-hari menangkap ikan di PLTA Koto Panjang," kata Wali Nagari Tanjuang Pauh, Taufik JS.