Pekanbaru, Gatra.com - Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara, Komjen Pol Dharma Pongrekun hadir sebagai pembicara dalam Seminar Kebangsaan Bagi Generasi Muda yang diadakan di Gereja Bethel Indonesia, Pekanbaru, Riau pada Sabtu (26/10). Seminar tersebut diadakan juga untuk memperingati Hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober.
Kegiatan seminar juga turut dihadiri oleh Kapolda Riau Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi dan diikuti sekitar 200 orang peserta dari berbagai elemen masyarakat, akademisi, mahasiswa dan perwakilan ormas.
Pada kesempatan itu Wakil Kepala BSSN menyampaikan presentasi mengenai “Tantangan Generasi Muda Menghadapi Era Keterbukaan dan Goncangan Global”. Ia juga menjelaskan bagaimana pengaruh kemajuan teknologi dan arus globalisasi telah membawa bangsa ke dalam sistem dunia yang lebih besar dan tidak terbatas.
“Globalisasi menjadi alat untuk mengkoneksi secara global seluruh aspek meliputi ekonomi, sosial, budaya dan politik yang membuat setiap orang mampu mengakses informasi baik dalam bentuk gambar, tulisan, maupun video secara bebas dan tanpa batas,” ujar Dharma dalam keterangan resmi yang diterima Gatra.com, Minggu (27/10).
Menurut Dharma, globalisasi memiliki tiga program besar yaitu money, power dan control. Program money sudah berhasil ditunjukkan dengan bersatunya sistem ekonomi di seluruh dunia. Program power, terlihat dengan masuknya sistem global ke dalam sistem dan struktur pemerintahan di seluruh dunia. Selanjutnya program control dimana hampir seluruh manusia di dunia dikendalikan pola kehidupannya melalui kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Dharma menerangkan rekayasa kehidupan (life engineering) dapat dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) sejak dunia diciptakan. Di era modern, rekayasa kehidupan dilakukan melalui fase revolusi industri, yang bermuara pada pertemuan teknologi informasi dan teknologi komunikasi melalui internet sekitar 20-30 tahun lalu.
Sejak itu globalisasi menjadi gelombang yang dahsyat yang sepertinya tidak bisa terbendung. “Saat ini seluruh aspek kehidupan manusia terhubung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Sekarang ini sarana TIK yang begitu masif dipakai manusia sehari-hari adalah smartphone,” katanya.
Teknologi memang didesain dengan sajian kecepatan dan kemudahan sehingga manusia dapat menggunakannya secara praktis dan efisien. Namun kemajuan teknologi tidak melulu membawa dampak positif. Dalam pengembangan dan misinya, perangkat teknologi kerap disisipi aplikasi yang memiliki ekslusivitas, pornografi, dan candu.
“Dibalik segala kemudahan teknologi informasi yang ada, kemajuan teknologi juga memiliki risiko dan ancaman. Teknologi tersebut juga digunakan oleh berbagai negara untuk memenangkan persaingan global. Di titik itulah, perang sebagai bentuk puncak persaingan antar negara turut berevolusi,” ujar Dharma.
Menurutnya peperangan saat ini tidak hanya terkait kontak fisik dengan senjata konvensional. Konsep peperangan zaman now telah berkembang menjadi perang siber atau informasi yang berbasis pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Serangan siber kini telah berkembang sampai pada tahap melumpuhkan sebagian atau seluruh siber nasional karena sifatnya yang mengancam jiwa manusia, kestabilan ekonomi, politik, sosial budaya dan kedaulatan negara sehingga membuat Indonesia mengalami krisis siber.
Menanggapi fakta tersebut, Wakil Kepala BSSN itu menegaskan negara harus hadir untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk bangsa Indonesia diserang oleh pusaran arus negatif dari sistem globalisasi.
Langkah dalam menghadapi ancaman dari sistem globalisasi tersebut menurutnya adalah dengan memperkuat ketahanan nasional dengan kembali kepada Pancasila, UUD 1945 dan Kebhinekaan yang harus dijaga keutuhannya.