Cilacap, Gatra.com – Barangkali, desa Kemiren, Kelurahan Tegalkamulyan, adalah kampung tersibuk di Cilacap, Jawa Tengah. Betapa tidak, di kampung itu terdapat 13 kelompok kegiatan berbeda. Kelompok tersebut dibuat dalam rangka meningkatkan ekonomi desa di wilayah Tegalkamulyan.
Dari berbagai kegiatan, Kelompok Kampung Ekonomi Kreatif (Kemiren Asri) dinilai berhasil menggenjot kesejahteraan masyarakat melalui beragam program pemberdayaan ekonomi.
Kelompok binaan dari Pertamina Refinery Unit IV Cilacap itu bahkan berhasil mengirimkan makanan hasil produksi rumahan mereka hingga ke Hong Kong dan Malaysia.
Kini kampung tersebut menjadi produktif setelah sebelumnya dikenal sebagai kampung yang terbelakang dari segi kesehatan dan pendidikan.
Sebelum program kesejahteraan berjalan pada 2017, angka anak penderita gizi buruk cukup tinggi di desa Kemiren. Belum lagi mereka yang putus sekolah karena kesulitan ekonomi.
Kondisi itu memantik seorang warga setempat, Rumdani Prapti Sumawi bersama Pertamina melakukan pemberdayaan. Awalnya, bantuan dikucurkan untuk meningkatkan fasilitas posyandu saat itu membantu proses monitoring perkembangan anak.
“Namun masih ada kebutuhan penunjang serta PMT (pemberian makanan tambahan) kepada balita yang dibutuhkan untuk dapat menurunkan angka gizi buruk dan kurang di Desa Kemiren Asri,” kata Pratiwi.
Akhirnya program PMT berjalan secara berkelanjutan. Pertamina memberikan bantuan budidaya Jamur yang hasilnya digunakan untuk bahan dasar olahan PMT setiap bulannya.
Unit Manager Communication and CSR Refinery Unit IV Cilacap, Laode Syarifuddin Mursali mengatakan di luar permasalah kesehatan, tingginya buta aksara di kampung ini tak lepas dari perhatian Pertamina.
Bersama Rumdani, pertamina menggagas sebuah program Kelompok keaksaraan fungsional. Caranya dengan mengajak ibu-ibu membaca dan berpraktek resep olahan makanan. Hasilnya masyarakat Kemiren sudah melek aksara.
“Melalui metode belajar membaca dan menulis resep masakan, 21 ibu-ibu kelompok keaksaraan fungsional tersebut kini sudah menjadi kepala kelompok kegiatan pemberdayaan Kemiren Asri,” ujarnya.
Selain itu dari 37 anak yang menderita gizi buruk dan gizi kurang sebelum program berjalan kini sudah masuk dalam kategori gizi baik. Hal itu tidak lepas dari program pemenuhan makanan tambahan yang berhasil dikembangkan kelompok masyarakat secara mandiri.
“Dengan adanya sinergitas, kami harap program Kemiren Asri ini mampu sustain dan berkembang, sehingga lebih banyak lagi manfaat yang berdampak positif bagi masyarakat,” kata Laode.