Palembang, Gatra.com – Jumlah titik api (hotspot) di Sumatera Selatan (Sumsel) sempat naik tajam beberapa hari lalu, kondisi ini mengakibatkan udara di kota Palembang kembali berstatus berbahaya bagi pernapasan.
Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLH-P), Sumsel pada Jumat (25/10), kualitas udara di Palembang masuk katagori berbahaya, yakni mengandung konsentrat PM 10, mencapai 348. Jumlah konsentrasi PM 10 ini paling tinggi sepanjang kemarau tahun ini. “Ini yang paling tinggi di sepanjang kemarau ini. Jumlah PM nya mencapai 348, yakni sudah mencapai nilai maksimum,” ujar Kepala DLH-P, Edwar Chandra dalam keterangan persnya, Jumat (25/10).
Peringatan udara berbahaya ini berlaku selama satu hari ke depan, yakni mulai dari Jumat pada pukul 15.00 wib sampai dengan Sabtu pada puku 15.00 wib. Selain konsentrasi PM 10, katagori berbahaya pada hari Jumat itu, mengandung S02 dalam katagori 11, dan oksidan mencapai 10.
Kondisi udara berbahaya akibat asap kebakaran hutan dan lahan ini kali kedua setelah kota Palembang pernah juga mengalami kondisi udara berbahaya, dua hari lalu. Pada saat itu, udara di Palembang masuk katagori berbahaya berdasarkan DLH-P dengan nilai konsentrasi PM 10 mencapai 391.
Kondisi udara berbahaya di Palembang disebabkan akibat masih banyaknya titik api di Sumsel, terutama di Kabupaten OKI. Berdasarkan data stasiun BMKG kota Palembang, pergerakan angin permukaan bergerak dari timur tenggara dengan kecepatan 5-20 knot mengakibatkan potensi asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di wilayah Palembang dan sekitarnya. Berdasarkan pemantuannya, udara di Palembang tercemar akibat kebakaran di wilayah Banyuasin 1, Pampangan, Pedamaran, Tulung Selapan, Cengal, Lempuing dan Pematang Panggang.
Intensitas asap (smoke) umumnya meningkat pada pagi hari, pada pukul 04.00 wib-08.00 wib dan pada sore hari, 16.00 wib-20.00 wib akibat labilitas udara yang stabil atau tidak ada pergerakkan massa udara yang naik pada waktu-waktu tersebut.
BPBD Sumsel merilis jumlah titik api pada Jumat (25/10) mencapai 1.297 hotspot dengan kabupaten OKI menyumbang 864 hotspot sedangkan pada Sabtu (26/10), terdapat 22 titik api dengan kabupaten OKI juga sebagai penyumbang terbesar.