Jakarta, Gatra.com – Trade Expo Indonesia (TEI) ke-34 tahun 2019 sukses mencatat transaksi sebesar US$10,96 miliar atau senilai Rp153,38 triliun. Nilai ini meningkat 29,04% dibandingkan pencapaian tahun lalu sebesar US$ 8,49 miliar atau senilai Rp127,33 triliun. Pameran ekspor terbesar di Indonesia tersebut diselenggarakan di International Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten pada 16—20 Oktober lalu.
“TEI tahun ini berhasil mencapai nilai transaksi US$10,96 miliar atau senilai Rp153,38 triliun. Pencapaian ini meningkat 29,04% dibandingkan tahun lalu," kata Menteri Perdagangan, Agus Suparmanto di kantornya, Jumat (25/10).
Mendag menjelaskan transaksi yang terjadi selama TEI 2019 meliputi transaksi perdagangan, jasa, dan investasi. Transaksi perdagangan terdiri dari transaksi produk (barang) sebesar US$1,54 miliar, transaksi investasi US$9,29 miliar, dan transaksi jasa US$120,08 juta.
Transaksi produk meliputi transaksi perdagangan barang yang berasal dari penandatanganan kontrak dagang/MoU (US$ 698,34 juta), transaksi di stan pameran (US$687,60juta), misi dagang lokal (US$50,63 juta), penjajakan kesepakatan dagang atau business matching (US$67,11 juta), Kementerian Kelautan dan Perikanan (US$10,43 juta), forum bisnis hortikultura (US$8,78 juta), serta kuliner dan pangan nusa (US$457,14 ribu).
Pada gelaran TEI kali ini, negara dengan transaksi terbanyak adalah Mesir sebesar US$270,51 juta yaitu sebesar 18,13% dari total nilai transaksi; Jepang sebesar USD$260,01 juta (17,43%); Tiongkok sebesar US$201,52 juta (13,51%); India sebesar US$96,71 juta (6,48%); dan Inggris sebesar US$94,44 juta (6,33%).
Adapun produk yang paling diminati adalah makanan olahan sebesar US$390,26 juta (26,16%); kertas dan produk kertas sebesar US$289,64 juta (19,41%); kelapa sawit/CPO sebesar US$166,65 juta (11,17%), produk pertanian sebesar US$128,92 juta (8,64%); dan kopi kertas sebesar US$111,85 juta (7,50%).
Untuk misi pembelian, selama penyelenggaraan TEI ke-34 tercapai 114 kesepakatan dagang dengan total nilai kontrak sebesar US$3,19 miliar yang berasal dari 31 negara. Dari beberapa negara tersebut, lima negara terbesar adalah Jepang, Mesir, Amerika Serikat, Malaysia, dan Somalia. Agus menjelaskan, ini terdiri atas transaksi investasi, produk barang, seperti makanan olahan, kertas dan produk kertas, produk pertanian dan perkebunan, produk perikanan, bumbu masak, serta rempah-rempah dan lainnya.
Sementara itu, untuk kegiatan business matching telah menghasilkan 247 transaksi potensial dengan nilai mencapai US$67,11 juta. Selama lima hari pelaksanaan TEI 2019, kegiatan business matching ini diikuti pembeli dari 36 negara. Lima pembeli terbanyak berasal dari Amerika Serikat, Korea Selatan, Malaysia, Kanada, dan Meksiko.
“Hal tersebut menunjukkan eksportir Indonesia mampu meyakinkan para buyers mancanegara untuk bertransaksi di tengah persaingan global yang semakin ketat," ujarnya.
Selanjutnya, hal ini menunjukkan eksportir Indonesia mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pasar, berdaya saing tinggi dengan harga yang kompetitif, serta sikap profesional yang menumbuhkan kepercayaan dari kalangan buyers internasional,” ujarnya.
Agus mengatakan jumlah perusahaan yang menjadi exhibitor naik dari 1.160 perusahaan pada tahun lalu menjadi 1.500 perusahaan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 600 berasal dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Sebanyak 80% perusahaan peserta tahun lalu kembali mengikuti TEI pada tahun ini.
Pada TEI ke-34 kali ini, Kemendag pertama kalinya menyediakan meja pelayanan informasi. Hal ini untuk memberikan informasi dan layanan publik mengenai perizinan ekspor, impor, dan investasi yang bekerjasama degan berbagai kementerian dan lembaga negara.
Pada kesempatan ini, Mendag juga mengundang para pemangku kepentingan untuk kembali berpartisipasi pada TEI ke-35 yang rencananya akan diselenggarakan pada 30 September - 4 Oktober 2020 di International Convention Exhibition (ICE), Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang, Banten.
“Kami berharap TEI 2020 mendatang semakin mendukung pergeseran perdagangan dari luring (offline) ke daring (online), sehingga mendorong lebih banyak partisipasi berbagai perusahaan perdagangan elektronik dan pelaku teknologi digital untuk merespons tren global tersebut," tuturnya.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani mengapresiasi kenaikan jumlah pengunjung dan transaksi TEI 2019. "Memang luar biasa dalam keadaan krisis global tetap bisa naik, tidak hanya perdagangan tetapi juga investasi," pungkasnya.