Jakarta, Gatra.com - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) merilis hasil final investigasi penyebab jatuhnya pesawat Lion Air berjenis Boeing 737 MAX 8 seri PK-LQP dengan nomor penerbangan JT 610. Dari hasil laporannya, KNKT menyimpulkan terdapat 9 faktor yang berkontribusi dan saling berkaitan dalam penyebab kecelakaan pesawat yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang tersebut.
"Dari sekian data yang kita miliki, semuanya kita analisa dengan cermat dan hati-hati," ujar Ketua KNKT, Soejanto Tjahjono membuka konferensi pers di Kantor KNKT, Gambir, Jakarta, Jumat (25/10).
KNKT membacakan kesimpulan faktor-faktor yang berkontribusi dan saling berkaitan, sehingga pesawat yang mengangkut 181 penumpang beserta 7 awak pesawat ini mengalami kecelakaan pada 28 Oktober 2018.
Baca Juga: Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Ethiopia Desak AS Keluarkan Dokumen Penerbangan
1. Asumsi terkait reaksi pilot yang dibuat pada saat proses desain dan sertifikasi pesawat Boeing 737 MAX 8, meskipun sesuai dengan referensi yang ada ternyata tidak tepat.
2. Mengacu asumsi yang telah dibuat atas reaksi pilot dan kurang lengkapnya kajian terkait efek-efek yang dapat terjadi di cockpit, sensor tinggal yang diandalkan untuk Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) dianggap cukup dan memenuhi ketentuan sertifikasi.
3. Desain MCAS yang mengandalkan satu sensor rentan terhadap kesalahan.
Baca Juga: Setelah Jatuh di Etiopia, Boeing 737 MAX Ingin Beroperasi Kembali
4. Pilot mengalami kesulitan melakukan respon yang tepat terhadap pergerakan MCAS yang tidak seharusnya karena tidak ada petunjuk dalam buku panduan dan pelatihan.
5. Indikator Angle of Attack (AOA) Disagree tidak tersedia di pesawat Boeing 737 MAX 8 PK-LQP
6. AOA sensor pengganti mengalami kesalahan kalibrasi yang tidak terdeteksi pada saat perbaikan sebelumnya.
Baca Juga: Boeing Beri US$144 ribu Bagi Keluarga Korban 737 MAX
7. Investigasi tidak dapat menentukan pengujian AOA sensor setelah terpasang pada pesawat yang mengalami kecelakaan dilakukan dengan benar, sehingga kesalahan kalibrasi tidak terdeteksi.
8. Informasi mengenai stick Shaker dan penggunaan prosedur non-normal Runaway Stabilizer pada penerbangan sebelumnya tidak tercatat pada buku catatan penerbangan dan perawatan pesawat. Akibatnya, pilot maupun teknisi tidak dapat mengambil tindakan yang tepat.
9. Beberapa peringatan, berulangnya aktifasi MCAS, dan padatnya komunikasi dengan ATC tidak terkelupas dengan efektif.
Baca Juga: Keluarga Korban Lion Air Tidak Puas Dengan Laporan KNKT
Setelah dibacakannya kesimpulan itu, Soejanto menegaskan bahwa kesembilan poin itu saling berkaitan dan tidak ada yang lebih krusial antara satu poin dengan poin yang lainnya.
"Kesimpulan itu menunjukkan adanya saling keterkaitan. Jadi itu bukan urutan dari yang paling krusial. Karena kecelakaan yang terjadi karena adanya faktor-faktor itu yang saling berkaitan. Jika misalnya salah satu poin itu tidak terjadi, kemungkinan besar kecelakaan dapat terhindarkan," pungkasnya.
Reporter: Drean Muhyil Ihsan
Editor: Flora L.Y. Barus