Jakarta, Gatra.com – Meski suhu atau cuaca panas bukan penyebab utama dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla), namun harus tetap diwaspadai. Sebab, suhu panas dapat menyebabkan tumbuhan menjadi kering dan memparah api yang merembet.
Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Miming Saepudin menyebut ada sejumlah daerah kering yang perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan karhutla.
"Yang paling diwaspadai itu daerah Sumatera Selatan, karena kondisi panasnya masih cukup panjang. Kemudian Kalimantan Selatan yang juga masih cukup kering. Lalu wilayah Jawa, Bali dan NTB dengan dataran tinggi yang tipe lingkungannya merupakan savana. Jadi banyak tumbuhan kering di sana yang harus diwaspadai," kata Miming di Kemenkes, Jakarta Selatan, Jumat (25/10).
Miming mengatakan, saat ini masih ada titik panas (hotspot) yang juga dipantau oleh BMKG agar tidak semakin parah karena suhu yang meningkat. Bahkan, hotspot ini juga terlihat di wilayah Jawa.
"Di Jawa juga tidak menutup kemungkinan ada. Kalau kita pantau beberapa hari terakhir, memang terjadi kebakaran di dataran tinggi pegunungan di wilayah Jawa," ujar Miming.
Diketahui, Karhutla sudah terjadi sejak bulan Juni dan sampai saat ini kondisinya adalah el nino. Kondisi kering ini pula yang menyebabkan hujan sulit turun pada periode pancaroba.
"Kondisi anomali muka laut yang masih dingin di wilayah Indonesia juga menyebabkan pertumbuhan awan hujan masih sangat sulit terbentuk. Cuaca panas, ditambah kondisi matahari yang kulminasinya maksimum menyebabkan kondisi seperti ini," terangnya.