Jakarta, Gatra.com - Pusat Dokumentasi Arsitektur menyelenggarakan pameran seni dan arsip "Segar Bugar: Kisah Konservasi di Jakarta 1920'an-Sekarang" untuk melihat kembali jejak konservasi di Jakarta dan beberapa contoh lain di Indonesia selama satu abad terakhir.
"Alih-alih membuat sebuah pameran yang sangat museum, saya lebih cenderung ingin membuat suatu campuran bagaimana melihat cara kerja konservasi tidak hanya dari arsip-arsipnya saja tapi juga dari kacamata seni rupa," ungkap Ayos Purwoaji, kurator pameran, saat konferensi pers di Museum Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (24/10).
Lebih lanjut, Ayos menjelaskan, dalam pameran ini penggambaran konservasi dibagi menjadi empat fase yakni menjaga vitalitas (1850-1920),mengembalikan stamina (1943-1945), menyegarkan jiwa (1950-1960), dan menambah gairah (1970-sekarang).
Untuk menggambarkan proses konservasi tersebut, pameran ini menggunakan jamu sebagai metafora. Karena kerja-kerja konservasi tidak jauh berbeda dengan orang minum jamu, yaitu berusaha menyegarkan ingatan kolektif dengan mengembalikan kebugaran bangunan dan artefak masa lalu.
Pameran ini menghadirkan karya video dari seniman Angga Cipta, Ari Rusyadi, RAIH, dan Raslene yang memiliki minat pada masalah memori, arsitektur, dan sejarah perkotaan. Pengunjung dapat mengunjungi pameran ini sejak 24 Oktober hingga 24 November 2019 di Museum Bank Indonesia (BI), Jakarta.
Reporter: IMS