Bandung, Gatra.com - Keberadaan sepasang Owa Jawa yang dilepasliarkan di Cagar Alam Situ Patenggang akan lebih aman. Dengan penjagaan dari masyarakat sekitar. Kepala Perawat Satwa The Aspinall Foundation Indonesia, Sigit Ibrahim, mengatakan masyarakat di sekitar Cagar Alam Situ Patenggang senang dengan keberadaan Owa Jawa di sana. Terutama warga yang usianya sudah lanjut. Mereka seolah bisa bernostalgia seperti pada tahun 1980-an, ketika Situ Patenggang masih menjadi salah satu habitat Owa Jawa.
"Ini juga yang membuat Owa Jawa yang dilepasliar di sana, lebih terjaga," terang Sigit. Masyarakat di sekitar Cagar Alam Situ Patenggang, lanjut Sigit, akan membantu menjaga Owa Jawa dari tangan pemburu. Lantaran sampai saat ini, predator yang dianggap paling berbahaya untuk keberlangsungan hidup Owa Jawa di sana adalah manusia.
"Di sana belum terdeteksi adanya Macan Tutul Jawa, dan manusia masih jadi predator utama," katanya. Namun untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, Sigit mengatakan, pihaknya sudah jauh hari melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar terkait Owa Jawa. Dan mendapat tanggapan positif dari masyarakat. Lantaran mereka ingin situasi di sekitar Cagar Alam Situ Patenggang kembali seperti dulu.
Kondisi tersebut, lanjut Sigit, memudahkan pihaknya untuk melepasliarkan Owa Jawa yang sudah menjalani masa karantina dan habituasi. Owa jawa sendiri merupakan satwa endemik yang statusnya dinyatakan hampir punah oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Sampai saat ini tercatat, sebarannya hanya tersisa sebanyak 2.500 individu. Tersebar di beberapa kawasan konservasi dan hutan lindung di Jawa Barat.
Sepasang Owa Jawa yang kembali dilepasliarkan oleh The Aspinall Foundation Indonesia pada Kamis (24/10) merupakan individu ke 39. Mereka adalah Boy dan Munir. Keduanya merupakan individu pra dewasa yang sudah menjalankan masa rehabilitasi selama kurang lebih satu tahun. Sebelum lepasliar, Boy dan Munir juga sudah menjalani masa habituasi selama satu bulan di Situ Patenggang.