Semarang, Gatra.com - Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa (DPW PKB) Jawa Tengah meminta para kader partai di DPRD provinsi dan kabupaten/kota memperjuangkan pembuatan perda Pesantren.
Menurut Sekretaris DPW PKB Jateng Sukirman, pembuatan Peraturan Daerah (Perda) Pesantren sebagai tindaklanjut ditetapkannya Undang-Undang Pesantren.
"Insya Allah Perda Pesantren menjadi salah satu program kerja partai ke depan,” kata Sukirman saat tasyakuran Nariyahan Nusantara di Kantor DPW PKB Jateng di Semarang, Senin (21/10) malam.
Lahirnya UU tentang Pesantren, lanjutnya, menjadi kebahagiaan tersendiri bagi para santri di seluruh nusantara, terutama bagi santri nahdiyyin dan PKB yang telah berhasil memperjuangkan UU tersebut lewat legislator DPR RI, Marwan Dasoppang.
“Kegiatan ini sebagai bentuk syukuran Hari Santri Nasional dan keberhasilan lahirnya UU Pesantren dalam rangka mewujudkan visi masa depan santri, berilmu dan modern," ujar Sukirman yang juga Wakil Ketua DPRD Jateng itu.
Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua Dewan Syuro DPW PKB Jateng KH Badawi Basyir, menyatakan lahirnya UU Pesantren bukan hanya sekadar hadiah bagi para santri, tapi menjadi kewajiban negara yang wajib diimplementasikan kaum santri.
“Sejarah membuktikan jaringan yang dibentuk kiai dan santri terbukti sangat dinamis mewarnai perjuangan pergerakan kemerdekaan. Santri juga menjadi potret awal pembangunan sumber daya manusia dunia pendidikan di Nusantara,” kata dia.
Di kesempatan berbeda, Wakil Gubernur (Wagub) Jateng, Taj Yasin Maimoen mengajak para santri untuk mengaji kepada para kiai dan habaib di pondok pesantren (ponpes) bukan sebaliknya mengaji melalui "mbah" google.
“Santri nusantara itu gondhelan dateng kiai (pegangannya kepada kiai), maka tagline santri saat ini adalah ngaji kepada kiai dan habaib, ngaji di pondok pesantren, bukan ngaji di google atau youtube,” ujar dia ," ujar Wagub saat peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2019 tingkat Jateng di Rembang, Selasa (22/10).
Gus Yasin mengajak para santri menunjukkan kepada dunia bahwa santri Indonesia bisa membawa kedamaian untuk dunia.
“Santri milenial harus bisa terbuka dan tidak ekslusif sehingga masyarakat bisa merasa nyaman, damai, dan tenang ketika mendengar kata pondok pesantren atau santri,” ucap dia.