Jakarta, Gatra.com - Wakil Dekan Fakultas Teknobiologi Universitas Katolik Atma Jaya, Yanti Ph.D mengatakan potensi pasar tempe masih sangat terbuka lebar. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
"Tempe memang makanan tradisional. Tapi peminatnya banyak, di dalam dan di luar negeri. Tinggal kita berani atau tidak untuk ekspor tempe ke luar negeri," kata dia saat ditemui di Unika Atma Jaya, Jakarta, Selasa (22/10).
Bahkan menurut dia, tempe menjadi salah satu makanan primadona di luar negeri. Tidak hanya karena rasanya yang lezat, tapi juga karena gizi yang terdapat di dalam tempe.
Selain itu, tempe pun juga dapat digunakan sebagai pengganti daging bagi orang-orang vegetarian. Hal itu dikarenakan kandungan vitamin B12 dalam tempe cukup banyak. Padahal, kata Yanti, B12 biasanya hanya ditemukan pada makanan yang terbuat dari protein hewani saja.
"Nah ternyata, kandungan B12 dalam tempe itu cukup banyak. Jadi, bagi vegetarian, tempe bisa dijadikan alternatif pengganti daging," ujar Yanti.
Sementara itu, jika ingin mengekspor tempe, para produsen tempe harus melakukan riset terlebih dulu. Tentang bagaimana kultur di negara bakal calon sasaran ekspornya.
Seperti di Belanda misalnya, Yanti mengungkapkan, masyarakat Belanda kebanyakan adalah seorang vegetarian, maka sebaiknya tempe yang dirkspor ke Negara Kincir Angin itu ialah tempe yang lebih banyak mengandung B12.
"Variasi tempe juga harus diperhatikan. Kalau bisa, jangan hanya ekspor tempe mentah saja. Tapi buatlah tempe itu jadi lebih menarik. Seperti dibuat tepung tempe misalnya. Atau bisa juga dibuat rendang," pungkas salah satu perwakilan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tempe itu.