Jakarta, Gatra.com – Kemunculan Airlangga Hartanto di Istana Negara, lengkap dengan celana bahan dan kemeja putihnya memunculkan banyak spekulasi di kalangan masyarakat luas. Terlebih, setelah dia menjelaskan maksud kedatangannya ke kediaman Presiden Joko Widodo itu.
“Kami membahas tentang defisit neraca perdagangan. Maka dari itu, diharapkan kawasan ini bisa memilih beberapa industri unggulan terkait mengurangi defisit neraca perdagangan,” katanya di Istana, Jakarta Pusat, Senin (21/10).
Dari perkataannya itu, tidak sedikit orang menduga Menteri Perindustrian di Kabinet Jilid 1 Jokowi itu akan menjadi Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, di Kabinet Jokowi kali ini. Dugaan itu diperkuat oleh latar belakang Airlangga yang dulunya juga sukses sebagai seorang pengusaha.
Airlangga Hartanto, Ketua Umum Partai Golkar itu lahir di Surabaya, pada 1 Oktober 1962 dari pasangan Hartanto Sastrosoenarto dan R. Hartini Soekardi. Dia lulus dari SMA Kolase Kanisus Jakarta 36 tahun yang lalu dan melanjutkan pendidikannya di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada pada 1987. Setelah lulus dari sana, Airlangga pun mendapat amanah untuk menjadi Ketua Alumni Gadjah Mada (Kagama) tahun 2001-2005. Selain itu, dia juga sempat menjadi anggota Majelis Wali Amanat (MWA) UGM, mulai tahun 2002 hingga 2012.
Tidak berhenti di situ, dia kemudian melanjutkan jenjang pendidikannya ke Strata 2 (S2), di AMP Wharton School University of Pennsylvania, Philadelphia, Amerika Serikat pada 1987. Setelahnya, ia juga melanjutkan studinya dan berhasil mendapatkan gelar doktoralnya dari Monash University Australia pada 1996 dan Melbourne Bussiness School Universitu of Melbourne Australia, satu tahun kemudian.
Meski lulus dari jurusan teknik, tetapi hal itu tidak serta merta membuatnya memilih teknisi sebagai profesinya. Airlangga justru lebih memilih untuk terjun ke dunia bisnis, dan menjadi sukses di bidang tersebut. Dia bahkan diketahui memilki banyak perusahaan, diantaranya ialah PT Graha Curah Niaga yang bergerak di bidang agrarian, yaitu sebagai produsen pupuk; PT Jakarta Prime Crane, PT Bisma Narendra, dan PT Sorini Corporation Tbk.
Setelah sukses sebagai pebisnis, ayah delapan anak itu mulai menjajal peruntungannya di dunia politik. Pada 2004, Airlangga bergabung dengan Partai Golkar dan terpilih menjadi Wakil Bendahara DPP Partai Golkar, hingga tahun 2009. Sukses berkarir di Golkar, Airlangga kemudian mencalonkan diri sebagai Anggota DPR periode 2009-2014 dan berhasil mengamankan satu kursi untuknya, mewakili daerah pemilihan (Dapil) Jawa Barat V.
Pada tahun 2016, suami dari Yanti K. Isfandiary itu terpilih sebagai Menteri Perindustrian, menggantikan Saleh Husin dari Partai Hanura. Sementara untuk Ketua Umum Golkar, Airlangga baru terpilih pada 2017 lalu. Sebagai Ketum, dia mendapatkan mandat penuh untuk melakukan revitalisasi dan reposisi kepengurusan, sesuai dengan kebutuhan partai.
Sepanjang karirnya, Airlangga juga pernah menyebet beberapa penghargaan, di antaranya adalah ASEAN Engineering Honorary fellow, conferred by Asean Federation of Engineering Organization at Myanmar pada tahun 2004; Australian Alumni Award for Enterpreneurship pada tahun 2009; dan Satya Lancana Wira Karya di tahun 2014.