Pati, Gatra.com - Anjloknya harga biji kopi di titik terendah Rp18 ribu dari tangan petani, membuat para produsen kopi tergerak untuk menggelar diskusi bareng petani di Bukit Rasamala turut Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, Pati, Jawa Tengah, Senin (21/10).
Harga biji kopi pada panen raya tahun ini menyentuh dikisaran Rp18.000 - 20.000 perkilogram. Nominal tersebut sama pada tahun 2018 silam yang membuat petani hanya bisa menelan ludah.
Sedangkan puncak kejayaan kopi di daerah ini tercatat pada tahun 2016 - 2017. Mengingat saat itu, harga biji kopi dari tangan petani menembus angka Rp 26.000 - 30.000 perkilogramnya.
Selain bincang ringan, acara yang digelar selama dua hari ini juga bertujuan untuk me-branding kopi, agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Sehingga, bisa menutup biaya perawatan dari petani kopi.
"Kita sengaja adakan di Desa Gunungsari karena perkebunan kopi di daerah ini cukup luas, bisa dikatakan hulunya perkebunan kopi," kata Muttaqin, Ketua Klaster Kopi Pati.
Proses pasca panen dan pengolahan biji kopi yang baik dan berkualitas, juga dibeberkan dihadapan para masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani kopi. Inovasi dan edukasi ini penting untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi.
Dengan metode petik merah, baik natural maupun fullwash dan mengontrol mutu kualitas. Diharapkan petani bisa menentukan nilai jual kopi secara mandiri, dengan begitu tidak akan terpengaruh harga dari pengepul.
"Sebagai contoh proses natural petik merah, harga saat ini mencapai Rp25.000 - 30.000. Sedangkan harga yang fullwash, mencapai Rp35.000 - 50.000 perkilogramnya," ucapnya.