Tokyo, Gatra.com - Ekspor Jepang mengalami kontraksi selama sepuluh bulan berturut-turut. Bahkan nilai ekspor terendah terjadi pada September, dengan pendapatan hanya sebesar 5,2 persen, jauh lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
Pun dengan apa yang diprediksikan oleh ekonom-ekonom Jepang, yang memperkirakan penurunan ekspor sebesar 4,0 persen, seperti dilansir Reuters, Senin (21/10). Selain menjadi yang terendah selama sepuluh bulan terakhir, penurunan nilai ekspor tahun ini juga menjadi yang terlama dalam sejarah Jepang.
Dalam hal volume, nilai ekspor turun 2,3 persen, dalam kurun waktu dua bulan terakhir. Yaitu sejak Agustus hingga September lalu.
Baca Juga: Mendag : IK CEPA Tak Pengaruhi Negosiasi Dengan Jepang
Sementara itu, dalam keterangan resminya, Departemen Keuangan Jepang mengungkapkan, penurunan angka ekspor tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan terhadap suku cadang mobil dan peralatan produksi semikonduktor.
Tidak hanya itu, angka penurunan pun juga diperkirakan meluas karena pada Jumat (18/10) lalu. Alhasil, pemerintah telah memutuskan untuk menurunkan nilai ekonomi, yang disebabkan oleh semakin melemahnya perekonomian Jepang dan dunia.
Dengan adanya perluasan penurunan ekspor tersebut, para ekonom menduga, pemerintah akan kembali melonggarkan kebijakan moneter negara. Tujuan utamanya, ialah untuk mengembalikan atau paling tidak sedikit menstabilkan keadaan ekonomi Jepang yang saat ini tengah goyah.
Tidak hanya ekonom, pasar pun saat ini juga tengah dipenuhi spekulasi bahwa Bank Sentral Jepang (BOJ) akan mulai melonggarkan kebijakan moneternya, pada pertemuan 30-31 Oktober nanti. Setelah sebelumnya, mereka sempat mengatakan akan melakukan peninjauan kembali terhadap suku bunga yang saat ini tengah diterapkan.