Seattle, Gatra.com - Perusahaan Boeing (BA.N) mengungkapkan penyesalannya dan sadar akan laporan dari salah satu mantan pilotnya. Mantan pilot Boeing tersebut sempat mengirimkan pesan terkait kejanggalan software yang terjadi, dua tahun sebelum kasus kecelakaan pesawat jet 737 MAX.
Dilansir dari Reuters, perusahaan pembuat pesawat tersebut sedang mengalami krisis pasca kasus kecelakaan 737 MAX. Pihak perusahaan mengaku menyesal karena tidak memperhatikan laporan yang diberikan kepada Federal Aviation Administration (FAA).
FAA meminta Chief Executife Boeing, Dennis Muilenburg untuk memberikan penjelasan terkait dokumen pesawat yang ditemukan oleh Boeing beberapa bulan lalu.
Mark Forkner selaku kepala teknisi pilot mengatakan bahwa sistem stabilisasi MCAS bermasalah pada sesi simulasi penerbangan. Bahkan salah seorang pilot yang tidak diketahui identitasnya mengatakan, “Pada dasarnya, saya berbohong kepada regulator.” MCAS adalah singkatan dari Maneuvering Characteristics Augmentation System.
Kini pihak Boeing dituntut untuk membenahi manajemennya untuk mengembalikan kepercayaan publik selama periode larangan 8 bulan. “Kami paham dan berkomitmen untuk menginvestigasi kasus ini dengan pihak berwajib,” jelas pihak Boeing.
Muilenburg dikabarkan akan menjalani pemeriksaan pada 30 Oktober mendatang. Menurut survei yang dilakukan pada 2016, 40 persen dari 523 pegawai Boeing yang menangani sertifikasi pengamanan menerima perilaku intimidasi dari manajer, yakni seperti bullying dan paksaan.
Hal lain seperti deadline ketat pekerjaan, serta beban kerja yang berlebihan membuat 90 persen dari pegawai Boieng mengaku sangat tertekan dengan manajemen. Data tersebut mengacu pada laporan Boeing yang dilansir dari Reuters.
Laporan tersebut didapatkan oleh penyidik yang menyelidiki dokumen-dokumen Boieung. Barang bukti terkait tekanan berlebihan pada pegawai, juga dijelaskan oleh beberapa kelompok regulator internasional saat mengulas sertifikasi 737 MAX.