Magelang, Gatra.com - Empat dosen jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa, Institute Seni Rupa Indonesia (ISI) Yogyakarta memasuki masa pensiun. Dosen yang memasuki masa purna tugas itu yakni Syafruddin, Titoes Libert, Edi Sunaryo, dan AB Dwiantoro.
Untuk melepas masa pensiun itu, rekan sesama dosen di ISI Yogyakarta menggelar pameran di Limanjawi Art House, Magelang pada Sabtu (20/10) siang. Suasana hangatpun terjalin dan berkelindan di antara kolega pencipta seni itu.
Boleh jadi keempat dosen ini terbebas dari rutinitas mengajar di kampus. Tapi sebagai seniman, proses kreatif sebenarnya tak pernah (bisa) berhenti.
“Sekarang proses kreatif justru menuntut ruang yang lebih besar. Tidak ada lagi dikejar menyusun paper, menyiapkan materi kuliah. Semua waktu dan tenaga bisa tercurah untuk berkarya,” kata Rektor ISI, Profesor Agus Burhan, Minggu (20/10).
Agus berujar, proses kreatif tak punya batas masa dinas. Tidak terbatas ruang kelas dan pagar-pagar kampus. Ia bebas berlari dan melompat di ruang imajinasi para seniman.
“Selamat datang di dunia yang bebas,” kata Oei Hong Djien. “Masuk masa pensiun itu tinggal enak-enak to?”, ucapnya disambut gelak para dosen.
Hong Djien, maestro kolektor lukisan ini punya cara lain memandang masa pensiun. Menurutnya mereka yang pensiun justru baru saja memasuki masa produktif berkarya.
Dengan pengetahuan dan waktu luangnya, pensiunan bisa lebih baik menciptakan karya. “Jadi saat nanti kita jumpa lagi di pameran-pameran, kita lihat apakah karya yang anda hasilkan jadi lebih bagus atau tidak,” tantang Hong Djien.
Sedikitnya 35 dosen ISI ambil bagian dalam pameran bertajuk “A-Tribute” tersebut. Terpajang 7 karya instalasi dan lukisan dalam pameran tersebut.
Menggunakan hak preogratif menafsirkan karya seni, salah satu instalasi karya Yoga Budi Wantoro, berjudul “Tanggung Jawab” cukup menerjemahkan situasi yang bakal dirasakan para dosen pensiun.
Yoga mencipta instalasi patung menyangga buku-buku besar bertulisakan “Art Today” menggunakan media fiber glass (model perunggu). Karya ini lumayan menarik perhatian.
Seni dalam sudut pandang produktif berkarya, diartikan sebagai beban tanggung jawab. Ia menuntut konsistensi, hasrat akan tujuan, serta pengorbanan besar untuk menghasilkan mahakarya.
Hong Djien mengatakan beruntung bagi mereka yang menghasilkan karya hanya dengan duduk termenung. Soal tanggung jawab seni itu ditanggung seniman sampai mati. Melampaui masa pensiun atau umur yang tak lagi muda. “Pensiun dari kampus boleh, pensiun berkarya jangan,” ujarnya.