Home Ekonomi Pancasilanomics, Kunci Indonesia Keluar Dari Jebakan 5%

Pancasilanomics, Kunci Indonesia Keluar Dari Jebakan 5%

Bogor, Gatra.com - Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Arif Budimanta berpendapat Pancasilanomics (Ekonomi Pancasila) merupakan kunci bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen.

"Dalam konteks sistem ekonomi nasional dalam Pancasila bukan sekedar keseimbangan supply-demand (permintaan-penawaran), pasar, dan harga, melainkan instrumen keseimbangan dan integrasi sosial," terangnya dalam kuliah umum Pancasilanomics di Kampus Darmaga, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Sabtu (19/10).

Arif melihat ekonomi Indonesia masih dikuasai oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya 0,01 persen dari keseluruhan pelaku usaha dengan kucuran 80% dari total dana pembiayaan perbankan.

Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) jumlahnya 99,99 persen dari keseluruhan pelaku usaha yang mampu menciptakan 97 persen lapangan kerja dan berkontribusi 60 persen terhadap Prosuk Domestik Bruto (PDB).

Oleh karena itu, Arif menekankan pentingnya transformasi struktur perekonomian nasional. "Kalau kita bisa meningkatkan kapasitas penjualan (UMKM) yang kita lakukan. Kita bisa tumbuh 7 persen," ujarnya. Menurutnya hal tersebut dapat dilakukan melalui peningkatan akses pembiayaan UMKM melalui kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga yang lebih rendah.

Lanjutnya, UMKM didorong untuk menguasai pasar nasional dan mendukung pelaku usaha besar. Sementara itu, pelaku usaha besar didorong untuk berkompetisi di tingkat regional dan global.

Secara moneter, nilai tukar harus dijaga stabilitasnya untuk menjaga tingkat inflasi serta suku bunga yang rendah. Apabila inflasi terlalu tinggi, harga barang-barang akan naik, dan menurunkan daya beli masyarakat.

"Ekonomi berbasis komoditas harus berlaih ke knowledge (pengetahuan). Kalau transformasi ini terus dilakukan, maka pertumbuham ekonomi kita lebih tinggi dan berkuakitas,". Ia menambahkan implikasinya defisit neraca pembayran dapat ditekan, nilai tukar stabil, dan neraca pembayaran seimbang kembali.

"Ini juga menciptakan pemerataan sosial, Gini ratio pasti akan menurun dalam jangka panjang," pungkasnya.


 

 

Reporter : Syah Deva Ammurabi

 

196