Home Politik Wishnutama Layak Masuk Kabinet karena Punya Result Oriented

Wishnutama Layak Masuk Kabinet karena Punya Result Oriented

Jakarta, Gatra.com- Beberapa tokoh muda yang rata-rata menganut prinsip result oriented dalam etos kerjanya sangat layak berada di kebinet Indonesia Kerja jilid II pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Beberapa kementerian strategis, mayoritas bermuara pada proses oriented, pemerintahan Jokowi memerlukan kementerian yang lebih dinamis, fleksibel, dan berorientasi pada hasil demi mengatasi tantangan jangka pendek di bidang ekonomi.Hal itu dinyatakan anggota Senate Indonesia Marketing Association, Fritzs Simandjuntak, di Jakarta, Jumat (18/10), melalui rilis yang diterima Gatra.com.

"Jika bicara siapa tokoh muda yang punya kemampuan untuk itu, saya melihat ada pada diri, Wishnutama. Mengapa? Track record dirinya sebagai seorang profesional di industri media televisi yang langsung terlihat hasil nyata dari pekerjaan yang dilakukan. [Hal ini] membuktikan dirinya sangat result oriented. Sukses penyelenggaraan upacara pembukaan dan penutupan Asian Games 2018, dan bagaimana efektifitas kampanye terbuka yang dilakukan Jokowi saat Pilpres lalu, pantas diapresiasi tinggi," ujarnya.

Menurut Fritzs, kreativitas dan kemampuan manajerial pria yang bernama lengkap Wishnutama Kusubandio itu, menjadi kredit poin tersendiri, terutama jika dipercaya untuk menangani ekonomi kreatif.

 "Bidang pariwisata sebagai sumber devisa non migas Indonesia masih memiliki banyak potensi yang perlu dikembangkan. [Beberapa] terobosan untuk menaikkan nilai tambah pariwisata Indonesia secara ekonomi hanya bisa dihasilkan oleh tokoh muda yang kreatif, penuh inovatif, dan orientasi pada hasil yang langsung nyata dirasakan," tambahnya.

Meski mengakui kesuksesan beberapa tokoh muda sebagai enterpreuner, Fritzs tetap menyarankan agar prinsip kehati-hatian tetap diutamakan dalam memilih enterpreuner sebagai anggota kabinet. Hal tersebut terkait santernya nama CEO Gojek Indonesia, Nadiem Makarim sebagai kandidat menteri. 

Fritzs mencontohkan, saat mantan PM Malaysia, Najib Razak memilih beberapa tokoh muda yang lulusan luar negeri atau pernah bekerja di beberapa perusahaan internasional ternama dalam pemerintahannya selama periode 2009-2018. Ternyata banyak pula yang gagal dan rontok di tengah jalan.

"Bagaimanapun ada perbedaan antara bekerja di perusahaan, terlebih di perusahaan sendiri, dengan bekerja di pemerintahan. Ada banyak aturan dan pertimbangan sehingga eksekusi jauh berbeda," tuturnya.

201