Home Ekonomi Belanja Receh Bikin Orang Boros, Ini Solusinya

Belanja Receh Bikin Orang Boros, Ini Solusinya

Jakarta, Gatra.com - Chief Agency Officer Sequis, Franky Nayoan mengatakan, yang membuat seseorang boros, ialah kebiasaan belanja receh atau yang sering disebut latte factor. Ia mencontohkan, salah satu bentuk belanja receh adalah nongkrong di warung kopi atau coffee shop.

"Sebenarnya, yang bikin pengeluaran kita banyak, yang bikin kita boros itu dari kebiasaan belanja receh kita. Pengeluaran-pengeluaran kecil yang nilainya tidak banyak, tapi sangat sering dilakukan," kata dia saat dihubungi Gatra.com, Jumat (18/10).

Dia mencontohkan, dalam satu kali pembelian kopi kekinian termurah misalnya harganya sekitar Rp18.000. Tidak hanya sekali, biasanya seseorang akan membeli kopi yang sama di sore atau malam harinya.

Baca Juga: BCA Resmi Luncurkan Aplikasi Produk Investasi

"Jadi total untuk beli kopi, sehari anggaplah Rp36.000. Belum lagi kalau si barista menawarkan untuk tambahan shot seharga Rp5.000 misalnya. Jadi, dia paling tidak habis sekitar Rp41.000 untuk dua gelas kopi," jelas Franky.

Belum lagi, saat orang tersebut membeli makanan kecil juga di hari yang sama. Donat atau pisang goreng kekinian sebagai temam minum kopi misalnya. Satu donat saja, biasanya dihargai Rp10.000 sedangkan pisang goreng Rp8.000. Namun, karena ukurannya yang kecil, orang itu membeli lebih dari satu makanan ringan.

"Taruhlah kita beli donat dan pisang, masing-masing dua. Jadi sudah Rp36.000. Belum lagi jasa ojek online untuk mengantarkan pesanan itu, kita hitung saja Rp7.000. Jadi sudah Rp43.000 kita keluarkan," terang Franky.

Baca Juga: Ini Alasan Kenapa Orang Harus Punya Investasi Emas

Sementara itu, mungkin bagi sebagian orang yang sukses berkarir nilai dari pengeluaran belanja receh itu memiliki nilai yang sedikit. Namum, jika kebiasaan belanja receh terus dilakukan, akan membuat  pengeluaran orang itu semakin membengkak.

Cara untuk menghentikan kebiasaan belanja receh, ialah dengan mengetahui terlebih dulu, pengeluaran apa yang paling sering dilakukan oleh seorang itu. Setelahnya, ia harus menghitung jumlah dari belanja recehnya. "Setiap orang memiliki latte factor dan jenisnya bisa berbeda. Apa saja latte factor-mu? Anda harus mengetahuinya," tutur dia.

Setelahnya, orang itu harus mengetahui pula pengeluaran inti apa saja yang harus ditanggungnya, KPR atau KPA misalnya. Sehingga dengan begitu, seseorang itu akan lebih mempertimbangkan lagi, jika dia ingin berbelanja receh.

Franky menjelaskan, ketimbang untuk belanja receh, uang yang kita kekuarkan tersebut justru lebih baik, jika digunakan untuk berinvestasi. Baik untuk investasi reksadana, saham, emas, atau bentuk investasi lainnya.

 

57