Home Teknologi Teknologi Baru Penyulingan Antar Indonesia Menang di AS

Teknologi Baru Penyulingan Antar Indonesia Menang di AS

Jakarta, Gatra.com - Kebutuhan warga dalam menyuling kayu putih tak lama lagi terbantu. Itu karena sejumlah peneliti dari Indonesia itu berhasil membuat prototipe mesin penyuling minyak kayu putih yang praktis. Hanya menggunakan tenaga sel surya, menggunakan tangki dan mesin penyuling dan mobile. Harapannya makin efisien dan produktivitas meningkat.

“Warga tak perlu mengantar kayu putih ke tempat penyulingan yang jauh lokasinya,” kata Amanda Julia Isa, peneliti yang kini bekerja di PT Telekomunikasi Indonesia.

Ia bersama tiga rekannya – Wildan Pradana Yulianto Putra, Anindita Hapsari, dan Tasya Safitry – menamakan timnya sebagai Pondokterang 2.0. Alumnus Fakultas Teknik Universitas Indonesia itu berhasil membuat prototipe dan sudah mengujicobanya pada warga di sekitar lokasi wilayah Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, di salah satu desa di Wonosari, Gunung Kidul.

Prototipe itu pula yang kemudian disertakan dalam lomba Institute of Eeletrical and Electrotechnical Engineers (IEEE) yang berlangsung di Baltimore, Amerika Serikat. Di situ mereka berhasil mendapatkan juara 2 untuk kategori humanitarian project. Juara pertama dipegang tim dari Pakistan, sedangkan tim dari India juara 3.

Ini merupakan perolehan keduanya setelah pada 2016, Amanda mendapatkan penghargaan serupa lewat risetnya di Pulau Mapur, Kepulauan Riau.Ttim Pondokterang 2.0 memilih kayu putih sebagai objek penelitiannya dilatarbelakangi oleh keinginan mengungkapkan proyek pemberdayaan masyarakat. “Setelah berdiskusi dengan Balitbang, kami diarahkan ke sana,” sambung Amanda kepada Gatra.com (15/10). Kayu putih merupakan salah satu pekerjaan utama warga di sana. Mereka menanam bibit kayu putih yang diberikan Balitbang.

Mereka membawa kayu putih dan menyewa truk ke tempat penyulingan yang terletak di hutan atau di balai desa yang relatif jauh letaknya. “Penyulingan hanya dikerjakan pada siang hari,” ujar Wildan menimpali. Karena menyewa truk, mereka harus mengeluarkan ongkos sewa dan tak banyak gelondongan kayu putih yang dibawa. Ini karena truk mengangkut kayu putih dari banyak warga. 

"Harga gas di sana juga mahal, sehingga terpikir menggunakan sel surya," tambah Wildan.

Wildan lalu membuat cara yang bisa membantu meringankan beban masyarakat sedikit. Mereka membuat mesin penyulingan yang terdiri dari dua tangki dan sel surya, serta alat pemutar tenaga yang biasa digunakan untuk pemanas air. Hasilnya kemudian ditempatkan di atas motor.

Dengan peralatan sederhana itu, petugas bisa mendatangi warga dan menyuling kayu putih di kediaman warga. Semua warga bisa didatangi. Setelah penuh minyak kayu ptih itu lalu diserahkan ke balai desa untuk dikumpulkan.

Menurut Amanda, teknologi ini bisa mengefisienkan biaya sebesar 40-50%. “Selain itu bisa meningkatkan produksi karena bisa bekerja siang-malam tanpa harus kawatir oleh tenaga listrik yang terbatas,” tuturnya.

Pihak Balitbang Kemenristek, kata Amanda, akan mencoba alat itu untuk digunakan untuk perkembangan kayu putih di Nusa Tenggara Barat dan Papua.

1438

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR