Semarang, Gatra.com - Kepolisian Daerah Jawa Tengah menyebutkan selama Januari-September 2019 tercatat 3.000 orang meninggal dunia di jalan raya akibat kecelakaan lalu lintas (lakalantas).
Wakapolda Jawa Tengah, Brigjen Pol. Ahmad Luthfi mengatakan mayoritas korban meninggal dunia adalah generasi milenial atau golongan usia produktif.
“Angka korban meninggal dunia akibat lakalantas di Jateng masih cukup tinggi,” katanya di sela pencanangan Kampus Pelopor Keselamatan (Kapeka) Berlalu Lintas di Gedung Prof. Soedarto, kampus Universitas Diponegoro (Undip), Semarang, Kamis (17/10).
Menurut Luthfi, selama Januari-September 2019 di Jateng tercatat sebanyak 19.261 kasus lakalantas. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 45 persen dibanding periode yang sama pada 2018 sebanyak 13.270 kasus lakanlantas.
Untuk mencegah terjadinya lakalantas di jalan raya, lanjutnya, Polda Jateng aktif menggencarkan keselamatan berlalu lintas pada generasi milenial, tak terkecuali di kampus-kampus.
“Kami akan menjadikan kampus sebagai pelopor keselamatan berlalu lintas dengan sasaran utama para mahasiswa sebagai generasi milenial. Agar mahasiswa lebih sadar dan tertib berlalu lintas,” ujar Luthfi.
Di kesempatan yang sama, Direktur Penegakan Hukum (Dirgakum) Korlantas Polri, Brigjen Pol. Kushariyanto menyatakan tingginya kasus lakalantas disebabkan Jateng menjadi jalur transportasi vital yang menghubungkan kota-kota besar di Pulau Jawa.
Wilayah Jateng menjadi pintu atau tumpahan kendaraan-kendaraan dari Jawa Timur menuju Jakarta, Jawa Barat dan sebaliknya sehingga jalurnya dikategorikan rawan lakalantas.
“Untuk mencegah lakalantas berharap mahasiswa bisa menjadi duta keselamatan berlalu lintas di tengah masyarakat,” ucapnya.
Mahasiswa sebagai generasi milenial, terang Kusharitanto, akan menjadi mitra kepolisian dalam mengampanyekan ketertiban berlalu lintas.
“Mengingat berdasarkan data pelaku dan korban kecelakaan lalu lintas mayoritas adalah usia milenial,” katanya lagi.