Medan, Gatra.com- Memperingati Hari Ulos Nasional yang jatuh pada hari ini, Kamis (17/10), ratusan warga Medan menggelar acara karnaval ulos di Lapangan Merdeka Medan, Kamis (17/10). Pawai ulos juga ditandai dengan pembentangan ulos sepanjang 500 meter mengelilingi Lapangan Merdeka Medan. Dibentangkannya ulos ini seolah menjadi simbol, mengingat kondisi Lapangan Merdeka Medan yang sejak beberapa tahun terakhir, tidak lagi menjadi milik publik.
Kegiatan yang digelar Yayasan Pusuk Buhit ini dibuka oleh Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi. Dalam sambutannya Edy mengaku kegiatan ini penting karena menyangkut kesetiaan. "Ulos adalah budaya. Menyangkut kesetiaan. Bukan urusan politik, maka untuk datang kemari, saya persiapkan waktu khusus," kata Edy.
Namun Edy merasa kegiatan ini belum maksimal, karena kehadiran warga yang sedikit. Begitu juga dengan materi acara yang dinilai kurang semarak. "Ulos ini menyangkut Sumatera Utara. Kalau tidak ada orang Batak, Sumatera Utara tidak ada. Sayang yang datang hanya sedikit," katanya. Gubsu berharap peringatan Hari Ulos Nasional, khususnya di Medan bisa dibuat lebih besar dan megah.
Dalam kesempatan itu, Gubsu lagi-lagi menjanjikan agar memperjuangkan Lapangan Merdeka Medan agar kembali menjadi akses publik, khususnya bagi warga Kota Medan. Gubsu mengaku prihatin, karena Lapangan Merdeka Medan tidak lagi sesuai dengan namanya karena tidak lagi merdeka.
Sementara itu, Ketua Panitia Hari Ulos Nasional, Netty Silalahi menjelaskan, kegiatan ini sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah yang telah menetapkan Hari Ulos Nasional per 17 Oktober sejak 2014. Mereka juga berharap perayaan yang sama digelar dan mendapat pengakuan secara internasional. "Ini adalah kekayaan budaya kita. Ada ratusan jenis ulos yang berbeda corak, nilai dan fungsinya. Sebelum lahir, sampai meninggal, ulos selalu mengiringi kehidupan orang Batak," katanya.
Ketua Yayasan Pusuk Buhit, Effendy Naibaho menambahkan, kegiatan ini mereka gelar untuk menunjukkan betapa kayanya budaya yang ada di Sumatera Utara. Peringatan ini, sambung Effendy, sengaja digelar di Lapangan Merdeka, agar warga Medan sama-sama melihat kondisi Lapangan Merdeka Medan saat ini. "Saya pribadi sangat miris, Lapangan Merdeka sekarang ini tidak lagi menjadi milik publik," ujarnya.
Acara ini pun sempat diguyur hujan, yang membuat kondisi Lapangan Merdeka Medan semakin becek. Meski begitu, warga Medan tetap bertahan mengikuti acara ini.