Jakarta, Gatra.com - Polri menyebut Tim Teknis pengusutan kasus penyiraman air keras penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan masih bekerja sejak dibentuk pada 3 Agustus 2019 lalu. Polri klaim bahwa saat ini tim itu mengalami kemajuan signifikan.
"Insya Allah (ada kemajuan). Sangat signifikan. Doakan. Tim kami sedang bekerja, yang terbaik," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Muhammad Iqbal di kawasan Antasari, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (16/10).
Meski mengklaim banyak kemajuan, Iqbal menyebut pihaknya belum bisa mengumumkan secara detil apa saja temuan baru dari kasus tersebut. Sebab menurutnya, kerja Tim Teknis begitu senyap. "Kenapa tim teknis ini tak pernah memberikan update ini tim teknis bekerja sangat tertutup. Kalau kita bekerja disampaikan ke media kabur dong," ujar dia.
Iqbal juga menyinggung soal tenggat waktu kerja Tim Teknis yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo selama tiga bulan. Menurutnya, waktu itu terhitung setelah penanggung jawab tim, Kabareskrim Polri Komjen Pol Idham Azis menyusun 105 personel, hingga proses penyelidikannya.
"Saya sampaikan juga bahwa Bapak Presiden Indonesia itu memberikan waktu 3 bulan dimulai tanggal 19 Juli, tetapi tiga bulan itu dimulai bukan pada saat Pak Presiden memberikan statement, namun tergantung berdasarkan sprin (surat perintah) karena alasan tadi. Sehingga 3 Agustus, tim teknis baru bekerja efektif," tandasnya.
Sebelumnya, Tim Teknis sempat mengadakan rapat untuk mengeksplorasi Tempat Kejadian Perkara (TKP) saat penyidik antirasuah itu diserang, 11 April 2017 lalu.
"Kemarin mengikuti rapat tim teknis yang dikepalai oleh Kabareskrim. Kita sudah mulai mengikuti rapat-rapat, karena sudah mulai bekerja awal Agustus. Sudah juga mengeksplor kembali tempat kejadian perkara (TKP). Karena TKP itu adalah hal yang paling penting, berkali-kali harus dieksplor," kata juru bicara Tim Teknis, Irjen Pol Muhammad Iqbal di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (7/8).
Selain mengeksplorasi TKP, tim juga mendalami CCTV. Meski sebelumnya pemeriksaan CCTV belum menunjukkan hasil yang signifikan karena gambar kurang jelas, Iqbal optimis timnya tetap bisa mendapatkan hasil baru. Sebab tim ini didukung dengan peralatan canggih dari Pusat Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Pusinafis).
"Dari CCTV kita petakan, sketsa wajah yang pernah dieksplor ke masyarakat akan kembali dicocokkan, analisa dengan Dukcapil (Kemendagri) dengan orang-orang yang identik atau mendekati (terduga pelaku)," papar Kadiv Humas Polri itu.
Iqbal menjelaskan, kerja sama dengan Direktorat Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri itu untuk mencocokkan sketsa wajah dengan data kependudukan. Menurutnya, pelaku penyerangan bisa saja dari luar Jakarta.
Adapun fokus Tim Teknis bertumpu pada tiga hal, yakni TKP, CCTV dan sketsa wajah terduga pelaku. Bahkan, Iqbal mengaku pihaknya bisa kembali meminta bantuan dari Kepolisian Australia dan Amerika untuk mendapatkan tiga hal tersebut.