Berkeley, Gatra.com - Sebuah studi yang dipublikasikan secara luas menunjukkan, bahwa mutasi gen bayi CRISPR (cluster of regularly interspaced short palindromic repeats, dibaca crisper) dapat memiliki rentang hidup yang lebih pendek, telah ditarik karena kesalahan penting dalam analisis.
CRISPR adalah sebuah metode rekayasa genetik yang memungkinkan para penliti bisa mengedit DNA, ini termasuk mengubah, memodifikasi ataupun memperbaiki kelainan DNA.
Studi yang awalnya diterbitkan 3 Juni dalam jurnal Nature Medicine itu menyebutkan, mutasi genetik yang melindungi terhadap infeksi HIV dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian sebelum usia 76.
Mutasi ini dikenal sebagai CCR5-delta 32, merupakan perubahan genetik yang sama dengan yang dilakukan oleh seorang ilmuwan Cina pada bayi kembar yang lahir tahun lalu dalam percobaan sangat kontroversial dengan menggunakan teknologi CRISPR.
Pada saat penelitian ini diterbitkan, para penulis makalah Nature Medicine mengatakan, karya tersebut menggarisbawahi kekhawatiran tentang penggunaan teknologi pengeditan gen pada manusia.
Kesalahan teknis dalam makalah Nature Medicine menyebabkan penulis menghitung lebih sedikit jumlah orang dalam populasi mereka yang memiliki mutasi CCR5-delta 32. Kesalahan itu secara langsung mempengaruhi hasil utamanya.
"Saya bertanggung jawab meluruskan catatan untuk publik," kata pemimpin penelitian Rasmus Nielsen dan seorang ahli genetika populasi di University of California, Berkeley yang dilansir dari Live Science, Selasa (15/10).
Namun, pencabutan makalah saat ini tidak berarti karena pengeditan pada gen CCR5, seperti yang dicoba pada bayi CRISPR, tidak berbahaya.
"Sangat masuk akal untuk mengharapkan bahwa CCR5 mungkin memiliki fungsi yang kita tidak tahu bagaimana mengukurnya. Tampaknya sangat tidak bijaksana untuk mengeditnya," ujar seorang ahli genetika populasi di Harvard Medical School, David Reich.