Home Milenial Ketika Pegiat Film Ditantang Mengajar Sekolah Dasar

Ketika Pegiat Film Ditantang Mengajar Sekolah Dasar

Purbalingga, Gatra.com - Pegiat film yang bergabung pada Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga selama ini dikenal kerap mendampingi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat untuk membuat film. Lalu, bagaimana jika mereka ditantang mendidik di Sekolah Dasar?

Tantangan ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi tiga anggota CLC Purbalingga, Bowo Leksono, Nur Muhammad Iskandar, dan Padmashita Kalpika Anindyajati. Mereka terjun untuk mengajar siswa SD Negeri 1 Sangkanayu Kecamatan Mrebet, SD Negeri 1 Karangcegak Kecamatan Kutasari, dan SD Negeri 1 Makam Kecamatan Rembang, pada program Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) 2019.

Bowo menuturkan, mengajari film bagi anak-anak SD merupakan tantangan baru. Sebab, mereka telah terbiasa memberi materi produksi film bagi remaja dan anak muda setingkat SMP maupun SMA.

Baca Juga: Lewat Film Masyarakat Adat Naulu KLHK Kampanyekan Hutan Adat

Meski demikian, dia mengaku, keinginan untuk memberikan pengetahuan tentang film kepada siswa SD adalah cita-cita yang terpendam. Akhirnya hal itu terlaksana ketika Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan program GSMS.

"Film untuk bisa masuk SD memang keinginan kami sejak lama. Kebetulan ada program GSMS dari Kemdikbud, ya gayung bersambut," tutur Direktur CLC Purbalingga ini, Selasa (15/10).

Bagian paling sulit adalah saat memaparkan materi, baik teori maupun praktik. Para pegiat film ini harus mengubah cara berkomunikasi dengan bahasa yang lebih dipahami anak usia 10-12 tahun. "Kadang harus diulang-ulang sampai paham. Tapi, semangat mereka untuk belajar yang membuat kami terus melatih tanpa henti," katanya.

Baca Juga: Film 'Ghost Fleet' Bongkar Perbudakan di Perairan Indonesia

Padmashita menambahkan mengajar siswa SD sungguh melatih kesabaran. Selain itu, dia berusaha membuat anak-anak tetap nyaman selama proses pembuatan film. "Anak-anak itu kan sukanya bermain. Ya kita harus menyesuaikan, bagaimana belajar membuat film dengan cara bermain namun tetap serius agar hasilnya juga baik," ujarnya.

Meski sempat kesulitan, Bowo mengaku puas. Sebab, program ini setidaknya menghasilkan 15 karya vlog, video jurnalisme warga atau liputan, dokumenter sederhana, dan fiksi pendek. Pada akhir program GSMS di Purbalingga, karya anak-anak SD tersebut akan ditayangkan bersama karya seni lainnya untuk diapresiasi masyarakat luas mulai November 2019 mendatang.

"Meski masih anak-anak, mereka cepat dalam menguasai teknologi. Tinggal bagaimana kita mengarahkan agar kemampuan mereka mewujud sebagai karya yang dapat dinikmati dan berguna bagi banyak orang," ujar Bowo.

Baca Juga: Kini Jakarta Punya Bioskop Rakyat, Harga Tiket Dijual Lebih Murah

Adapun program GSMS di Purbalingga dikomandani oleh Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga. Dari sekitar 30 seniman, terseleksi 21 seniman dari beragam latar, seperti bidang seni lukis, tari, musik tradisi, musik kontemporer, sastra, teater, dan film atau media baru.

Para seniman itu terjun di 21 sekolah, 12 untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 9 untuk Sekolah Dasar (SD) yang tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Purbalingga. Program berlangsung sekitar tiga bulan dalam bentuk pembelajaran kesenian pada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sebanyak 27 kali pertemuan.

 

305