Jakarta, Gatra.com - PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA) meyakini perolehan laba bersih tahun 2020 bisa mencapai Rp46 miliar atau lebih besar 43,75 persen dari target di 2019 sebesar Rp32 miliar yang akan ditopang oleh penjualan alat kesehatan ke institusi pemerintah dan Palang Merah Indonesia (PMI).
Menurut Direktur IRRA, Heru Firdausi Syarif, target laba bersih di 2019 senilai Rp32 miliar akan ditopang oleh total penjualan sebesar Rp300 miliar. "Tahun depan laba bersih bisa mencapai Rp46 miliar dengan nilai penjualan sebesar Rp422 miliar," kata Heru di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta, Selasa (15/10).
Dia mengaku, perseroan optimistis target laba bersih tahun ini akan tercapai, lantaran penjualan ke institusi pemerintah yang sempat tertunda mulai berangsur membaik sejak Agustus 2019. "Pada awal tahun ini penjualan alat kesehatan ke institusi pemerintah mengalami penundaan, karena adanya pelaksanaan pemilihan umum presiden," ujar Heru.
Lebih lanjut dia mengungkapkan, pada tahun depan tingkat penjualan dan perolehan laba bersih IRRA bakal bertumbuh positif, lantaran didukung oleh dana hasil penawaran umum perdana saham (IPO) yang mencapai Rp149,6 miliar. "Sebesar 60 persen dana hasil IPO akan digunakan untuk pengembangan jaringan kantor cabang," ucapnya.
Sebagaimana diketahui, IRRA melakukan IPO dengan melepas saham sebanyak 400 juta lembar dengan harga penawaran Rp374 per saham. Pada pencatatan perdana saham IRRA hari ini, harga saham tercatat langsung menguat 49,73 persen ke level Rp560 atau menyentuh titik atas auto-rejection.
Lebih lanjut Heru mengungkapkan, selama ini pasar alat kesehatan IRRA meliputi institusi pemerintah, seperti Kementerian Kesehatan, rumah sakit, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta PMI.
Dia mengatakan, IRRA mendistribusikan beberapa perangkat medis, seperti Oneject Auto Disable Syringe (ADS), Abbott Diagnostic, TerumoBCT dan Ortho Clinical Diagnistic. "Oneject Indonesia telah melakukan ground breaking pembangunan pabrik kedua di Cikarang, untuk mengejar produksi 1,2 miliar safety needle (jarum suntik dengan pengaman) per tahun," kata Heru.