Bantul, Gatra.com – Akibat dipukul oleh teman sekelas, siswa MTs Al Ma'had An Nur, Ngrukem, Pendowoharjo, Sewon, Bantul berinsial RAW (13) meninggal dunia. Pihak sekolah menyatakan kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan.
Kasus ini terjadi pada Senin (14/10) yang melibatkan RAW dan MRM, rekan sekelasnya di kelas VII C. Kejadian ini bermula saat RAW bergabung bermain dan bercanda dengan teman-temannya, termasuk MRM. RAW disebut mengganggu MRM dengan meledeknya.
RAW kemudian juga mendorong MRM sampai jatuh. Teman-temannya pun menyoraki mereka untuk berkelahi. MRM kemudian memukul RAW pada bagian perut dengan tangan kosong. Akibat pukulan ini, RAW sempat muntah-muntah di kelas.
RAW sempat mendapat perawatan pertama di unit kesehatan Pondok Pesantren An Nur, lalu dirujuk ke Puskesmas I Sewon. Namun dokter menyatakan RAW meninggal di perjalanan.
Kepala MTs Al Ma'had An Nur Subakir saat ditemui di kantornya Selasa (15/10) membenarkan bahwa kejadian ini berawal dari candaan atau tingkah usil anak didiknya.
“Saat kejadian kelas sedang kosong karena pergantian guru untuk jam pelajaran ke lima atau sekitar pukul 11.00 WIB. Kedua siswa ini sebenarnya teman dekat dan tinggal satu kompleks di ponpes. Kejadian ini berawal dari guyonan saja,” jelasnya.
Saat ditemui, Subakir habis melayat di rumah duka RAW di Mrisi, Banguharjo, Sewon. Ia membantah RAW meninggal karena pengeroyokan.
Kejadian ini mengagetkan semua pihak termasuk MRM yang berasal dari Balikpapan dan disebut siswa yang rajin.
“Senin sore MRM mendatangi saya dan menanyakan kabar mengenai RAW. Saya jelaskan kondisi terbaru dan kemudian saya antar ke Polsek hingga Polres untuk memberi keterangan. Polisi sudah melakukan rekonstruksi Senin sore,” ujarnya.
Ditemani kedua orang tuanya yang datang Senin malam, MRM diminta datang ke Polres untuk melanjutkan pemeriksaan.
Menurut Subakir, pihak ponpes dan sekolah sudah mempertemukan orang tua RAW dan MRM yang menyepakati kasus diselesaikan secara kekeluargaan. Subakir menyatakan ayah RAW merelakan kepergian anaknya dan menganggap kejadian ini sebagai takdir.
“Saya sampai malam mendampingi ayah RAW mengurus proses pemulangan jenazah dari RS Bhayangkara. Pemulangan sempat tersendat karena ayah RAW tidak ingin jenazah anaknya diautopsi, padahal kepolisian mewajibkan untuk mengetahui penyebabnya. Tapi semua bisa diselesaikan,” jelasnya.
Subakir juga mengatakan dari keterangan keluarga, RAW menderita penyakit yang membuatnya sering kali muntah tanpa diketahui penyebabnya. Dari pemeriksaan di RS Bhayangkara, tidak ditemukan dan diketahui penyebab kondisi RAW itu.
“Sesuai kesepakatan, kami memberikan kesempatan orang tua MRM membawa pulang anaknya. Ke depan kami memberi kebebasan menentukan pilihan terbaik agar tidak menimbulkan trauma bagi MRM,” katanya.
Kapolsek Sewon Kompol Paimun menyatakan saat ini kasus ini ditangani Polres Bantul. Meski ditangani dengan UU Perlindungan Anak, upaya penyelesaian secara kekeluargaan menjadi prioritas.