Washington DC, Gatra.com – Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi kepada Turki dan menuntut sekutu dari NATO untuk menghentikan serangan militer di timur laut Suriah, yang mengakibatkan kembali terciptanya peperangan mematikan di dunia. Trump, yang sebelumnya memerintahkan pasukan AS menjauh dari daerah konflik, meminta gencatan senjata dengan Presiden Tayyip Erdogan.
"Amerika Serikat tidak akan mentolerir invasi Turki di Suriah lebih jauh. Kami menyerukan Turki untuk mundur, mengakhiri kekerasan dan datang ke meja perundingan," ujar Wakil Presiden AS Mike Pence seperti diwartakan Reuters.
Trump juga berencana untuk memberlakukan kembali tarif baja di Turki dan segera menghentikan negosiasi pada kesepakatan perdagangan US$100 miliar. Namun, langkah ini dengan cepat dikritik karena nilainya yang terlalu sedikit. "Rencana mengenakan paket sanksi terhadap Turki tidak cukup untuk membalikkan bencana kemanusiaan itu," kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi.
Ankara menganggap pasukan YPG Kurdi sebagai kelompok teroris yang bersekutu dengan pemberontak Kurdi di Turki. Sementara itu, pasukan Suriah yang didukung Rusia mengambil keuntungan cepat dari mundurnya AS. Mereka segera melakukan pergerakan ke wilayah selatan di perbatasan Turki yang dikuasaii Kurdi dengan dukungan AS. Diketahui pula, Washington telah mengumumkan rencana penarikan penuh dari Suriah utara kurang dari 24 jam sebelumnya.
Sementara itu, pengerahan tentara Suriah adalah kemenangan bagi Presiden Bashar al-Assad dan sekutunya, Rusia. Mereka mendapatkan kuasa di wilayah terbesar yang tersisa di negara itu yang berada di luar jangkauan mereka.
Media pemerintah Suriah melaporkan, pasukan tentara telah memasuki Manbij, sebuah kota yang dikendalikan oleh milisi yang bersekutu dengan Kurdi. Sebelumnya, ia mendorong pergerakan ke Tel Tamer, sebuah kota di jalan raya M4 yang strategis dan penting yang membentang dari timur ke barat sekitar 30 km (19 mil) di selatan perbatasan dengan Turki.
Televisi pemerintah kemudian menunjukkan penduduk menyambut pasukan Suriah ke kota Ain Issa, yang terletak di bagian lain dari jalan raya, ratusan mil jauhnya. Ain Issa memerintahkan pendekatan utara ke Raqqa, bekas ibukota kekhalifahan Negara Islam, yang direbut oleh pejuang Kurdi dari gerilyawan dua tahun lalu dalam salah satu kemenangan terbesar kampanye yang dipimpin AS.