Home Ekonomi Urusan Perkebunan, Semua Ada di RPN

Urusan Perkebunan, Semua Ada di RPN

Pekanbaru, Gatra.com - Kalau semua petani dan perusahaan kelapa sawit di Indonesia memakai standar Good Agriculture Practices (GAP), bisa dipastikan produksi sawit nasional akan melonjak tanpa harus memperluas lahan perkebunan.

Dan ini berarti, apa yang diasumsikan selama ini bahwa produksi Crude Palm Oil (CPO) sawit yang selama ini masih hanya di angka 46 juta ton pertahun, bisa melonjak menjadi sekitar 78 juta ton pertahun.

"Potensi bahan tanam yang ada saat ini masih hanya sekitar 40-50 persen. Jika standar GAP dipakai, akan bisa naik menjadi 60-70 persen. Artinya, jika selama ini produksi petani masih di bawah 5 ton perhektar, akan bisa naik hingga 5-6 ton perhektar," kata Direktur PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN), DR. Teguh Wahyudi kepada Gatra.com, Senin (14/10) malam.

Minggu (13/10), PT. RPN mulai menerapkan standar GAP itu di kebun milik Gabungan kelompok Tani (Gapoktan) Manunggal Sakti, Kampung Sialang Sakti, Kabupaten Siak, Riau.

"Kami diminta mendampingi Gapoktan itu untuk menjalankan standar GAP tadi. Lantaran pendampingan ini dimulai sejak awal tanam, kami yakin hasilnya akan bagus. Secara penampakan, sudah akan kelihatan pada saat sawit berumur 4 tahun," terang Teguh.

Wahyudi pun langsung buka-bukaan bahwa sebenarnya, selama ini RPN tidak melulu konsen di produksi kecambah sawit. Tapi lebih dari itu, RPN telah mengembangkan riset dan teknologi hingga kemudian perusahaan ini muncul sebagai pemberi solusi apapun terkait peningkatan hasil usaha perkebunan.

"Itulah makanya kami punya ahli untuk melatih, pelayanan dan pendampingan. Dari dulu kami sudah terbiasa menularkan ilmu, tapi masih pada skala kecil-kecilan, masih sporadis. Di Riau inilah yang besar, itupun lantaran Gubernur Riau minta dibikinkan demplot 1000 hektar," katanya.

Lantaran di Riau yang paling besar kata Wahyudi, pihaknya akan fokus dulu di Riau, meski RPN tidak menutup kemungkinan akan melakukan hal yang sama di provinsi lain.

"Insya Allah kami sudah punya banyak hasil riset dan teknologi yang siap ditularkan kepada pekebun. Di sektor sawit misalnya, belakangan banyak sawit petani diserang ganoderma. Nah, kami sudah punya bibit yang relatif tahan terhadap penyakit ini. Dan kami siap untuk melatih petani mengantisipasi penyakit itu," katanya.

Dan urusan bahan tanam (bibit) kata Wahyudi, saat ini RPN punya stok bibit sekitar 3,4 juta dari yang tadinya 4,1 juta batang. Satu juta batang dari bibit itu ada di Riau.

"Dengan stok bibit yang ada ini, kami berharap program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) bisa dipercepat dan kami siap mendampingi langsung. Persoalan apapun yang terjadi terkait tanaman, kami siap mengatasinya. Sebab itu tadi, kami punya teknologi dan ahli untuk itu. Bukan mau jumawah, di RPN itu, apapun yang dibutuhkan terkait perkebunan, ada," katanya.

Saat ini, RPN tidak hanya konsen dan punya pusat penelitian (Puslit) di sektor sawit di Sumatera Utara (Sumut), tapi juga ada puslit karet di Bogor Jawa Barat, Teh dan Kina di Bandung Selatan Jawa Barat, Puslit Perkebunan Gula di Pasuruan Jawa Timur, Kopi dan Kakao di Jember Jawa Timur dan Bioteknologi, Bioindustri Indonesia di Bogor Jawa Barat.


Abdul Aziz

 

358